Kredit Macet Menggulung Pasar Mobil Komersial

Sabtu, 02 Juli 2016 | 11:53 WIB
Kredit Macet Menggulung Pasar Mobil Komersial
Rumah toko mobil Gran Max [suara.com/Deny Yuliansari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pasar mobil komersial turun jauh selama lima bulan pertama 2016. Kondisi ekonomi yang belum membaik. Kredit macet ditunjuk sebagai biang keladi penurunan tersebut.

Data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menunjukkan, transaksi jual-beli mobil-mobil niaga pada Januari-Mei 2016 merosot 26 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, dari 134.808 unit ke 98.989 unit.

"Pasar mobil komersial turun karena yang paling sensitif terhadap kondisi ekonomi adalah komersial. Makanya, begitu kondisi ekonomi enggak bagus, yang paling pertama turun adalah segmen komersial," kata Executive Coordinator Domestic Marketing Division PT Astra Daihatsu Motor Rokky Irvayan di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Rokky, melesunya pasar kendaraan komersial sudah dimulai sejak tahun lalu. Segmen truk menjadi yang pertama terkena.

"Pada tahun ini, giliran mobil niaga ringan (light commercial vehicle/LCV) mengikuti," sambungnya.

Operating General Manager MMC Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Irwan Kuncoro mengatakan, kondisi ekonomi yang belum membaik mengakibatkan tingkat non performing loan atau kredit macet meningkat. Perusahaan-perusahaan leasing pun makin ketat menyeleksi calon konsumen sehingga penjualan terhambat.

"Yang paling kena dampak dari kondisi ekonomi, kredit macet, dan leasing yang makin ketat adalah pasar mobil komersial," tandas Irwan.

Marketing and Customer Relation Head PT Astra International-Daihatsu Sales Operation Hendrayadi Lastiyoso mengungkapkan kredit macet melanda semua produsen kendaraan niaga. "Semua juga begitu, tidak ada yang spesifik terkena."

Sejak tahun lalu, perlambatan ekonomi global memang terjadi, termasuk di Indonesia. Pada 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di bawah 5 persen, dengan harga komoditas yang buruk, permintaan ekspor mengecil, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah fluktuatif.

Adapun pada 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan di level 5,1 persen. Harga komoditas, yang disebut-sebut paling mempengaruhi daya beli konsumen mobil di Indonesia, masih belum membaik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI