Suara.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada bulan ini akan mengajukan pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) sedan secara resmi ke pemerintah, demi mengurangi harga jual kendaraan di segmen tersebut. Hal itu juga untuk membuka kemungkinan perakitan lokal plus ekspor sedan seiring penambahan volume penjualan di masa depan.
Industri otomotif, menurut Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto, menginginkan besaran PPnBM sedan yang 30% menjadi sama dengan model-model lain, seperti hatchback dan Multi Purpose Vehicle (MPV) yakni 10%.
"Kita akan ajukan secara resmi (permohonan PPnBM sedan) dalam bulan ini kepada Kementerian Perindustrian. Mereka mungkin akan mengolah, menganalisa dulu baru diserahkan kepada Badan Kebijakan Fiskal," beber Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto, pertengahan pekan ini di Jakarta.
Menurut Jongkie, kapasitas produksi terpasang yang dimiliki pabrikan-pabrikan di Indonesia secara total mencapai 1,9 juta unit. Dengan penjualan domestik 1 juta unit dan ekspor 200 ribu unit, masih ada sisa 700 ribu unit yang belum terpakai.
Penurunan PPnBM sedan menjadi 10%, kata mantan Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia itu, bisa secara signifikan memangkas harga jual mobil-mobil di segmen ini, yang sekarang dimulai dari Rp300 juta-an. Kendati begitu, Jongkie tak bisa memperkirakan persentase penurunan harganya.
Dia memastikan, dengan banderol yang turun, volume penjualan sekaligus pangsa pasar sedan yang saat ini cuma berkisar 2% dari pasar nasional dipercaya meningkat. Dampaknya, sedan bisa kembali dirakit secara lokal dan dalam jangka menengah ekpor sedan terjadi.
"Akan ada tambahan investasi, penambahan lapangan kerja. Yang paling kami tunggu, kalau sudah diproduksi di Indonesia, mungkin bisa ekspor juga," pungkas Jongkie.
Di samping itu, ia juga yakin pendapatan pajak pemerintah dapat bertambah seiring volume jual-beli yang naik.
"Thailand bisa ekspor 1,5 juta juta unit karena (produksi lokal) mereka lengkap. Ada MPV, sedan, sport utility vehicle (SUV), pikap, double cabin. Indonesia (pasarnya) besar di MPV sedangkan permintaan dunia itu tidak di MPV, masih di sedan pada umumnya," paparnya lagi.
Jongkie mengakui, kegemaran utama konsumen Indonesia ada di kendaraan tujuh penumpang. Tapi, belajar dari kemunculan dan kesuksesan mobil-mobil berdimensi kecil di segmen mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) sejak 2013, ia menegaskan harga tetap menjadi pertimbangan pertama masyarakat Indonesia dalam membeli.