Suara.com - Langkah berani sekaligus mengejutkan dilakukan Jaguar Land Rover (JLR) dengan menuntut pabrikan Cina Jiangling. Penyebabnya adalah desain sport utility vehicle (SUV) Jiangling, Landwind X7, diduga meniru bentuk Evoque milik JLR.
Sumber JLR yang tidak ingin dikutip namanya, menurut Reuters pada Jumat (3/6/2016), memberitahukan melalui surel bahwa mereka sedang melakukan aksi hukum terkait hak cipta dan kompetisi yang tidak adil. Tuntutan tersebut dilayangkan ke pengadilan Chaoyang Utara, Cina.
Kedua pihak, berdasarkan keterangan sang sumber, juga sedang membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilanjutkan dari sisi desain kalau Landwind X7 ingin diperbarui oleh Jiangling. Jiangling pun setuju membatalkan rencana ekspansi Landwind X7 ke Brasil.
Adapun Jiangling menolak memberikan sepatah kata pun untuk mengomentari kasus ini.
Sejak muncul versi terbarunya pada akhir 2014, Landwind X7 memang mendapat sorotan karena bentuknya yang diduga menjiplak habis-habisan Evoque.
Keduanya disebut-sebut memiliki bentuk teramat mirip. Contohnya adalah bentuk atapnya yang menurun dari jendela depan ke jendela belakang, lampu belakang yang hampir identik, serta garis karakter yang sama pada bodi samping.
Hanya saja, bentuk gril depan Landwind X7 dibuat sedikit lebih membulat dibanding Evoque. Di situs belanja daring Alibaba bahkan dijual aksesoris logo Range Rover untuk Landwind X7.
Managing Director Automotive Foresight Yale Zhang mengatakan harga Landwind X7 hanya sepertiganya Evoque. Teknologi dan performanya pun jauh di belakang.
Chen Jihong, pengacara di firma hukum Zhong Lun, menilai pabrikan-pabrikan asing lain kemungkinan besar akan makin terdorong untuk ikut melayangkan tuntutan jika JLR mampu menang di pengadilan.
Meski demikian, dilihat dari rekam jejak, tuntutan JLR kepada Jiangling bisa berlangsung lama. Pasalnya, Honda saja membutuhkan 12 tahun untuk memenangkan kasus penjiplakan desain CR-V oleh produsen mobil lokal yang kurang terkenal di Cina.
Honda bahkan cuma mendapat ganti rugi 16 juta Yuan (sekitar Rp32,7 miliar), jauh lebih kecil dari permintaan Honda yang sebanyak 300 juta Yuan (kisaran Rp613,4 miliar).
Reuters menjelaskan, meski 'pemain' lokal di pasar otomotif 'Negeri Tirai Bambu' kerap diduga melakukan peniruan desain secara gamblang, merek-merek global umumnya tidak mengadukan hal itu ke 'meja hijau' karena mereka merasa tidak akan dimenangkan otoritas setempat.
Selain itu, mereka khawatir tuntutan hukum nantinya berdampak buruk bagi pembentukan citra merek jika masyarakat Cina beranggapan pabrikan lokal sedang 'diganggu'.