Kolaborasi Toyota dan Uber Diwujudkan di Paruh Kedua 2016

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 26 Mei 2016 | 13:30 WIB
Kolaborasi Toyota dan Uber Diwujudkan di Paruh Kedua 2016
Aplikasi Uber dalam telepon seluler (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Toyota, produsen mobil terbesar di dunia, pada pekan ini telah mengumumkan investasinya di Uber. Selain berinvestasi, produsen mobil asal Jepang itu juga berencana bermitra dengan Uber untuk membantu para pengemudi layanan jasa transportasi berbasis internet itu membeli mobil baru.

Meski demikian baik Toyota maupun Uber belum merinci bagaimana kerja sama itu akan diwujudkan dan di negara mana saja kemitraan itu akan diterapkan. Toyota juga tak membeberkan berapa jumlah investasi yang digelontorkan untuk perusahaan rintisan asal Amerika Serikat tersebut.

Tetapi dalam korespondensi via email dengan Suara.com, Kamis (26/5/2016), Uber mengatakan bahwa kolaborasi antara kedua perusahaan akan mulai diluncurkan pada semester kedua 2016.

"Kendaraan Toyota adalah di antara mobil yang paling popular di platform Uber di seluruh dunia. Kami sangat bangga bisa bermitra dengan Toyota dalam berbagai cara, termasuk memperluas program pembiayaan kendaraan," tulis Uber dalam pernyataan resminya yang diterima di Jakarta.

Uber mengatakan bahwa saat ini, setelah nota kesepahaman antara Toyota dan Uber diteken, pembicaraan antara kedua perusahaan akan terus digelar untuk merumuskan kerangka waktu dan dampaknya terhadap mitra pengemudi serta penumpang.

"Kami akan melanjutkannya dengan pembicaraan-pembicaraan lebih lanjut dengan tujuan meluncurkan proyek ini di semester kedua 2016," lanjut Uber.

Sementara ketika ditanya tentang kemudahan pembelian mobil Toyota oleh pengemudi Uber, termasuk yang di Tanah Air, Uber belum bisa memberikan kepastian.

"Toyota dan Uber kini tengah mendiskusikan kolaborasi, mulai dari uji coba di negara-negara yang menunjukkan perkembangan ridesharing, dengan memperhatikan beberapa faktor seperti regulasi, kondisi bisnis, dan kebutuhan konsumen. Namun, belum ada rencana spesifik yang dibuat saat ini."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI