Suara.com - Audi, BMW, Mercedes Benz, dan Porsche - empat merek mobil andalan Jerman - telah lama mendominasi pasar mobil premium di dunia. Tetapi kebangkitan Tesla, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat yang baru meluncurkan Model 3 pada April lalu, telah menebar ancaman serius bagi mereka.
Toyota boleh saja memiliki Lexus atau Infiniti dari Nissan, tetapi dua merek premium dari Jepang itu belum bisa membuat merek-merek premium Jerman ketar-ketir seperti yang kini dilakukan Tesla.
Pendiri dan bos Tesla, Elon Musk telah mengatakan bahwa dengan harga 35.000 dolar AS (sekitar Rp476,7 juta) - harga paling murah di antara varian Tesla lainnya - Model 3 akan bisa bersaing dengan BMW Seri 3 atau Audi A4.
Sejauh ini Model 3 sudah dipesan sebanyak 325.000 kali. Mobil yang bisa menempuh jarak 322 km jika baterainya diisi penuh itu akan mulai dikirim kepada pembeli pada 2017 mendatang.
Klaim Musk itu rupanya bukan isapan jempol belaka. Berdasarkan survei perusahaan riset otomotif AS, Edmunds.com, pada Maret lalu, ditemukan bahwa sebagian besar pembeli Tesla sempat mempertimbangkan merek-merek Jerman sebelum mengambil keputusan.
Hampir 30 persen pembeli Tesla sempat mempertimbangkan membeli BMW, sekitar 20 persen pernah berpikir membeli Audi dan Mercedes Benz, sementara 12 persen lainnya mempertimbangkan untuk membeli Porsche.
Dengan demikian, tulis Bloomberg, jelas bahwa merek-merek Jerman adalah yang paling terancam oleh kebangkitan Tesla. Pasarnya paling rentan direbut oleh spesialis mobil listrik dari California itu.
Alhasil, demikian kata para analis, masuknya Tesla akan memaksa merek-merek Jerman memangkas harga mobil-mobil andalan mereka hingga 10 persen agar pangsa pasar mereka di AS - pasar mobil premium terbesar di dunia - tetap terjaga.
"Tesla memosisikan Model 3 di ceruk konsumen yang mengeluarkan sekitar 40.000 dollar AS (Rp544,8 juta) untuk membeli mobil dan di kisaran harga itulah inti target konsumen BMW dan Mercedes," jelas Stuart Pearson, analis dari Exane BNP Paribas.
Adapun keunggulan Tesla, jelas Jurgen Pieper dari Bankhaus Metzler, terletak pada inovasi-inovasi baru yang tak ditemukan konsumen pada merek-merek Jerman yang sudah mapan.