Suara.com - Selain membawa euforia dan rasa penasaran publik, teknologi mobil autokemudi juga banyak menghadirkan kekhawatiran. Salah satunya dari Pemerintah Kanada.
Jika pemerintah di negara lain khawatir mobil nirawak bisa digunakan sebagai senjata oleh para peretas, data penggunanya dicuri untuk dijual, atau justru bisa mematikan industri otomotif itu sendiri, Kanada justru cemas mobil autokemudi akan memicu meningkatnya jumlah orang yang berhubungan seks di dalam mobil.
"Saya memprediksi saat komputer mengambil alih kemudi akan ada lebih banyak aktivitas seks dalam mobil," nilai Barrie Kirk dari Canadian Automated Vehicles Centre of Excellence seperti dikutip dari CBC News.
"Itu merupakan satu dari sekian hal yang akan orang-orang lakukan dan akan mengurangi kecepatan respon manusia, ketika komputer mobil meminta agar kemudi diambil alih manusia," lanjut Kirk.
Menteri Transportasi Kanada Marc Garneu melihat mobil otonom sebagai isu yang problematik.
"Pengendara memiliki kecenderungan untuk terlalu mengandalkan kemampuan otomatisasi mobil, sehingga fokus mereka di jalanan teralihkan saat mobil dalam mode autokemudi," ujar Garneu.
Berbagai pabrikan roda empat memang gencar mengembangkan teknologi mobil autokemudi yang akan diaplikasikan pada model-model mereka di masa depan. Tesla, misalnya, sedang giat menyempurnakan fitur autopilot.
Dari Jepang ada Nissan yang pada pagelaran Tokyo Motor Show 2015 lalu mengumumkan pengaplikasian fitur Piloted Drive 3.0 di kendaraan mereka mulai tahun 2020.
Beberapa negara barat yang menjadi pasar potensial teknologi ini memang tengah serius mengatur regulasi mobil semi otonom dan otonom sebagai bentuk kewaspadaan.
Kanada sendiri dalam proses penyusunan undang-undang yang mengharuskan adanya mekanisme khusus dalam kendaraan, saat pengemudi gagal mengambil alih kemudi dan menanggapi keadaan darurat tepat waktu.