Suara.com - Siapa tak kenal Rifat Sungkar? Dengan segudang prestasi sebagai pereli top nasional dan internasional, nama atlet kelahiran Jakarta 22 Oktober 37 tahun silam itu sudah amat beken di Tanah Air.
Lahir dari keluarga pembalap reli, Rifat dianugerahi oleh bakat yang kemudian membawanya ke berbagai podium dunia. Tak heran jika Rifat sendiri menganggap balap reli sudah sebagai lintasan yang harus dia titi, bukan hanya hobi.
"Karena kalau hobi masih bisa ditinggal. Kalau saya sudah tidak bisa lepas dari balap reli," kata Rifat ketika berbicara dengan suara.com.
Bakat dan kemampuan Rifat sendiri tidak diperoleh dari jalur formal. Ia lahir dari keluarga pembalap. Bukan hanya ayah atau ibu, tetapi kakek, nenek, paman dan bibinya juga adalah orang-orang yang lazim adu ketangkasan mengemudi di lintasan balap.
"Kakek nenek aktif sekitar tahun 1950-1960. Bahkan mama papa ketemu di arena balap reli. Om-om baik dari papa atau mama juga aktif di dunia balap atau reli," cerita Rifat.
Darah balap Rifat semakin kental, ketika dia mendapat "sekolah" menyetir dari sang ibu serta pamannya pada 1994. Berkat pendidikan dari orang tuanya itu, Rifat pun banyak meraih prestasi, mulai dari juara Balap Reli Nasional, Asia Pasifik, Reli Amerika hingga Balap Reli Dunia.
Kini setelah punya segudang pengalaman dan prestasi, Rifat punya ambisi baru. Ia ingin menurunkan ilmunya kepada generasi muda.
"Harus ada regenerasi. Harus ada yang bawa nama Indonesia di dunia balap reli setiap tahunnya," katanya penuh semangat.
Dia menyebut kini sudah mendirikan sebuah projek Fastron Junior Team, yaitu tim yang berisi anak-anak usia 7 hingga 17 tahun.
"Konsepnya adalah bagaimana saya bisa menularkan dan mengajarkan apa yang saya punya ke generasi berikutnya," katanya.
Dia menyebut tim ini dimulai dari gokart untuk kemudian dididik baik secara mental maupun teknik. Saat kemampuan dan mental sang anak sudah mumpuni, dia punya pilihan untuk melanjutkannya ke dunia reli dengan mencari sponsor.
"Karena akan sangat sulit kalau berdiri sendiri. Tapi dengan ikut tim, setidaknya dia bisa punya sponsor dan bisa dilihat kemampuannya oleh pencari bakat lain," kata ayah dari El Mayka Sungkar itu.
Dengan tim junior tersebut, Rifat berharap bisa memberikan pengetahuan dan kemampuannya untuk bisa bertaham di dunia reli dan bahkan bisa ikut membanggakan Indonesia hingga ke dunia internasional.
Meski kehidupannya dikelilingi oleh balapan dan balap reli, namun pria lulusan Universitas Trisakti dan Deakin University, Australia ini punya sisi lain selain balapan.
"Saya suka merakit Lego," kata suami artis Sissy Priscilla itu.
Rifat bahkan tidak segan memamerkan maket lego yang sudah dirakitnya dan menjadi sebuah kota.
"Ini dirakit sejak Sissy hamil El Mayka usia lima bulan," katanya.
Dia bahkan tidak segan memamerkan ada paketan Lego baru yang akan segera dirakitnya.
"Kalau sudah dirakit, harus ditaruh ditempat tinggi. Kalau tidak bisa hancur berantakan sama Mayka nanti," kata Rifat.
Dia tidak menyebut alasan khusus menyukai Lego, hanya saja saat berhasil merakit paket lego dia merasakan kepuasan tersendiri.
"Puas. Apalagi kalau lego yang bisa jalan dan beres dirakit memang bisa jalan," katanya.
Membuat Lego, lanjutnya, butuh kesabaran dan ketelitian. Tidak jauh berbeda dengan reli yang penuh ketelitian namun dengan pase dan pengambilan keputusan yang cepat.
"Biar seimbang," tutup dia.
Rifat Sungkar: Saatnya Menurunkan Ilmu
Selasa, 06 Januari 2015 | 08:12 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Rifat Sungkar: Pengemudi Perempuan Lebih Agresif di Jalan
29 Juli 2024 | 13:12 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Otomotif | 18:05 WIB
Otomotif | 18:03 WIB
Otomotif | 17:56 WIB
Otomotif | 17:41 WIB
Otomotif | 16:41 WIB
Otomotif | 15:47 WIB