Ini Tantangan Industri Otomotif di Tahun Depan

Minggu, 23 November 2014 | 04:16 WIB
Ini Tantangan Industri Otomotif di Tahun Depan
Ilustrasi pabrik pembuatan mobil. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kondisi perekonomian di Indonesia memang masih akan mengalami perkembangan. Pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang diprediksi masih akan terus berlanjut serta kenaikan GDP menjadikan Indonesia sebagai pasar yang berpotensi.

Namun untuk tahun 2015, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh industri salah satunya industri otomotif.

Kondisi seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi hingga Rp2000 per liter serta kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 7,75 persen memberikan dampak yang cukup besar.

Menurut Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), pasar industri otomotif tahun depan masih akan sama dengan pasar tahun ini yakni berkisar diangka 1,2 juta unit.

"Kami masih keep target 1,2 juta untuk tahun depan," katanya saat ditemui di Plant PT. Astra Daihatsu Motor, Karawang, Jumat (21/11/2014).

Kenaikan BBM, lanjutnya akan berpengaruh pada kemampuan daya beli masyarakat sehingga konsumen akan menunda pembelian kendaraan.

"Tapi efeknya sementara. Penurunan hanya sekitar 10-15 persen untuk satu atau dua bulan pertama," katanya.

Sementara itu, untuk kenaikan suku bunga, Sudirman tidak menyangkal bahwa ini akan sangat memengaruhi penjualan karena 70 persen konsumen membeli kendaraan dengan cara kredit.

"Kalau naik cicilannya kan berpengaruh sekali dan sangat sensitif," katanya.

Namun dia belum bisa memberikan perhitungan soal pengaruh kenaikan suku bunga terhadap penjualan.

"Kami belum koordinasi dengan lembaga pembiayaan," katanya.

Sementara itu, kenaikan suku bunga juga akan memengaruhi pasar kendaraan roda dua. Menurut Direktur HR, GA dan IT PT. AHM, Markus Budiman, sebagian besar konsumen kendaraan roda dua juga melakukan pembelian dengan cara dicicil.

"Kenaikan ini jelas berpengaruh. Meski ada kebutuhan tapi jumlah konsumen yang mampu membayar akan semakin berkurang," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI