Suara.com - Dunia otomotif memang merupakan dunia yang dinamis. Dunia ini tidak hanya melulu soal teknis sebuah kendaraan namun juga perkembangan teknologi dan kemajuan manajemen dan branding.
Itulah alasan Duljatmono, Operating General Manager MMC PT. Krama Tiga Yudha Berlian (KTB), agen pemegang merek mobil Mitsubishi di Indonesia, kepincut dengan dunia otomotif.
"Karena dunia otomotif itu sangat dinamis," kata Duljatmo dalam wawancara dengan Suara.com baru-baru ini.
Meski pria yang akrab disapa Pak Momon ini lulusan Teknik Industri ITB tahun 1988, namun dia tidak canggung dengan dunia otomotif. Bahkan, dia bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan otomotif sejak bergabung dengan PT. KTB tahun 1989 sebagai staf di bagian Project Coordinator Division.
"Karena di TI, mengajarkan bagaimana menggunakan Man, Machine, dan Money. Jadi cocok," ujar dia.
Menurut pria kelahiran Surabaya, 4 November 1968 ini, dunia otomotif tidak akan pernah membosankan. Karena terus berkembang terutama dari teknologi.
Makin lama, teknologi mesin kendaran pun semakin berkembang. Tidak hanya soal performa, namun juga soal efisiensi dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Perkembangan ini pun tidak akan pernah berhenti dan manusia akan selalu membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi hingga kendaraan komersial.
"Pokoknya tidak akan pernah bosan," imbuh dia.
Secara ekonomi pun, lanjut Duljatmono, dunia otomotif memberikan banyak efek yang beragam untuk industri lainnya seperti suku cadang hingga penyedia bahan baku pembuatan dan perakitan kendaraan bermotor.
Karena kecintaannya terhadap dunia otomotif, tak jarang Momon mengoprek kendaraannya sendiri. Dia mengaku mencuri di bengkel usai memperbaiki kendaraan untuk dilakukan dan dicobanya sendiri.
"Yang mudah-mudah pasti saya kerjakaan sendiri," katanya.
Dia bahkan tak malu menyebut lebih suka menyetir sendiri, terutama saat menghabiskan waktu bersama dengan keluarga saat akhir pekan. Kegiatan yang wajib dilakukannya di waktu senggang.
"Setir sendiri cari kuliner. Perginya yang dekat-dekat saja seperti Bandung, Bogor, atau Jakarta," tutup dia.