Suara.com - Sebuah laporan terbaru dari Economist Inteligence Unit (EIU) memprediksikan bahwa Indonesia akan mengalahkan Thailand sebagai negara pengekspor dan konsumen mobil terbesar di kawasan Asia Tenggara setelah penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Indonesia akan segera merebut posisi Thailand sebagai "Detroit dari Timur" saat MEA diberlakukan akhir tahun depan, demikian kesimpulan laporan EIU bertajuk "ASEAN automotive: Looking to 2015" yang diterima suara.com, Selasa (30/9/2014).
Dengan pemberlakuan MEA, Indonesia dengan populasi yang besar dan ekonomi yang terus bertumbuh akan bisa mendukung industri otomotif di pasar domestik maupun kawasan Asia Tenggara.
Dalam MEA rintanga-rintangan perdagangan bebas di kawasan ASEAN akan mulai dihilangkan. Hilangnya rintangan perdagangan bebas akan melancarkan arus perdagangan dan membuka luas pasar tenaga kerja di negara-negara anggota ASEAN, sehingga meningkatkan kompetisi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menghadapi perkembangan itu, produsen-produsen mobil melihat Asia Tenggara sebagai fokus dalam strategi global. Apa lagi sudah lebih dari 3,6 juta mobil yang terjual di kawasan ini.
Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan pasar mobil Asia Tenggara akan naik menjadi 5,3 juta unit, setara dengan penjualan mobil di Rusia dikombinasikan dengan pasar otomotif Brasil.
Dampak utama dari integrasi ekonomi ASEAN adalah kompetisi yang semakin sengit untuk menarik investasi perusahaan-perusahaan otomotif.
"Ini adalah peluang besar bagi kawasan ASEAN untuk menarik investasi dari produsen mobil global, untuk melayani permintaan mobil domestik maupun kawasan," kata Ana Nicholls, analis pasar industri otomotif EIU.
Apa lagi, jelas Nichols, industri otomotif sudah terbukti bisa mengangkat perekonomian sebuah negara dan karenanya pemerintah-pemerintah ASEAN harus memastikan bahwa negara mereka siap menampung investasi dari produsen-produsen mobil di dunia.
Adapun Malaysia tampaknya akan menjadi negara yang paling berat menghadapi MEA, karena produsen-produsen mobil lokalnya seperti Proton dan Perodua, akan menghadapi gempuran produsen-produsen mobil asing.