Suara.com - Terdapat beberapa alasan yang membuat mobil premium Jerman seperti Volkswagen dan Audi mengalami keterlambatan masuk ke Indonesia.
Ada jeda waktu yang cukup lama, saat peluncuran pertama kali hingga unit tersebut resmi didistribusikan di Indonesia.
Salah satu contoh yakni, Audi Q3 1.4 TFSI yang baru diluncurkan. Varian sebelumnya yakni Q3 2L sudah meluncur di Indonesia sejak 2012.
"Dan baru sekarang varian 1.4 TFSI keluar di Indonesia," kata CEO PT Garuda Mataram Motor selaku APM resmi Volkswagen dan Audi di Indonesia, Andrew Nasuri di Jakarta, Kamis (17/7).
Menurutnya, dibutuhkan waktu untuk menyesuaikan spesifikasi mobil dengan kondisi Indonesia, terutama masalah bahan bakar.
Andrew menyebut bahwa mobil-mobil keluaran Eropa sudah menggunakan sistem pembuangan gas emisi EURO 5, bahkan sedang pengembangan untuk menuju EURO 6.
"Tapi di Indonesia masih EURO 2," katanya.
Jika tidak dilakukan penyesuaian, lanjutnya, akan membahayakan pengemudi nanti jika mesin tiba-tiba mati.
Andrew menyebut bahwa komputer dalam mobil akan mematikan mesin secara langsung, jika terdeteksi ada bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
"Kalau tidak disesuaikan bisa bahaya, misalnya pas konsumen ke Cirebon dan tidak menemukan bensin ron 95 sehingga terpaksa membeli dibawah itu," katanya.
Penyesuaian tersebut membutuhkan waktu, karena teknologi mobil terpaksa didowngrade agar bisa 'minum' bahan bakar di bawah ron 95.