Suara.com - Diler-diler mobil di Kuba hanya berhasil menjual 50 unit mobil dan empat sepeda motor di negara itu dalam enam bulan terakhir, demikian dilaporkan Reuters, Selasa (1/7/2014).
Total penjualan mobil di 11 diler nasional di Kuba mencapai 1,28 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp15,1 miliar) selama enam bulan, demikian diberitakan situs Cubadebate.com, Senin (30/6/2014), mengutip Iset Vasquez, wakil presiden Corporation CIMEX, sebuah perusahaan milik negara.
Angka itu mengejutkan karena pemerintah Kuba baru-baru ini menghapus aturan yang pembelian penjualan mobil. Aturan lawas itu sudah berlaku selama 50 tahun terakhir. Sebelumnya, warga Kuba harus meminta izin pada negara untuk membeli mobil dari perusahaan negara yang menjual mobil baru dan mobil bekas.
Awalnya penghapusan aturan pembatasan pembelian mobil diterima dengan sukacita oleh warga Kuba pada Januari silam, tetapi mereka terhenyak saat melihat harga yang ditawarkan 400 persen lebih mahal dari harga normal. Sedan keluarga dihargai setara dengan harga mobil sport bikinan Eropa.
Pemerintah Kuba mengatakan sengaja membebankan harga yang mahal karena akan mengambil 75 persen dari harga mobil baru untuk memperbaiki sistem transportasi publiknya yang rusak.
Sebagian besar mobil yang terjual di semester pertama di Kuba adalah mobil dan motor bekas, yang dijual dengan harga 23.759 dolar (sekitar Rp283 juta).
Sebuah diler mobil Peugeot di Havana menjual mobil model 206 buatan 2013 dengan harga 91.000 dolar AS (sekitar Rp 1 miliar) dan model 508 dengan harga 262.000 dolar AS (sekitar Rp3 miliar).
Harga itu sangat mengejutkan warga Kuba, yang pegawai negerinya saja berpendapatan 20 dolar AS atau sekitar 230.000 per bulan.
Pemerintah Kuba sendiri mulai mengendurkan pasar otomotif. Pada 2011 pemerintah mengizinkan warganya untuk membeli dan menjual mobil bekas kepada satu sama lain. Sebelum itu hanya mobil yang diproduksi sebelum revolusi 1959 yang bisa bebas diperjualbelikan di Kuba.
Tidak heran jika di jalanan Kuba akan banyak ditemukan mobil tua dari tahun 1950an. (Reuters)