Bambu Bisa Gantikan Serat Karbon untuk Mobil

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 28 Mei 2014 | 04:29 WIB
Bambu Bisa Gantikan Serat Karbon untuk Mobil
Ilustrasi bambu (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri otomotif telah lama tergila-gila dengan serat karbon. Kuat dan ringan, material itu cocok digunakan pada mobil sport dan karenanya sangat membantu dalam program penghematan energi.

Meski demikian serat karbon belum digunakan dalam skala besar di industri otomotif. Alasannya material itu sangat mahal, bisa sangat rapuh jika diproses tidak sempurna, tidak bisa didaur ulang, dan proses produksinya juga tidak ramah lingkungan.

Karena kelemahan-kelemahannya itu, para pelaku industri mulai mencari alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan untuk menggantikan serat karbon. Salah satu yang giat mencari pengganti serat karbon adalah Gary Young.

Young sudah lama bergerak dalam pembuatan papan selancar dan terus mencari material alternatif yang tepat untuk menggantikan serat karbon.

"Dengan pendekatan yang tepat, bambu bisa digunakan dalam dunia otomotif dan kualitasnya bahkan bisa lebih mumpuni ketimbang serat karbon," jelas Young, "Apalagi, bambu tidak punya dampak negatif terhadap lingkungan."

Young telah melakukan riset lama soal penggunaan bambu sebagai pengganti serat karbon. Dia memadukan bambu dengan lapisan epoksi khusus, yang membuat kayu elastis itu semakin kuat dan ringan. Ia awalnya menggunakan teknologinya itu dalam pembuatan papan selancar.

Dengan teknologi Young, bambu terbukti bisa tahan api dan lebih baik dalam menyerap getaran saat terjadi tabrakan. Faktanya, Lexus - merek mobil mewah buatan Toyota - sudah menggunakan bambu untuk pada lingkar kemudi mobil-mobilnya.

Young mendapat ilham untuk menggunakan bambu setelah mempelajari bahwa papan seluncur pertama dari Hawaii menggunakan kayu koa yang berat. Ketika olahraga itu semakin berkembang, lahirlah papan selancar yang lebih ringan karena terbuat dari serat kaca.

Tetapi serat kaca punya banyak efek negatif seperti kandungan racun dari campuran yang digunakan saat memproduksinya dan guguran debu yang tidak bagus untuk kesehatan manusia.

Young semakin terpacu untuk mencari bahan alternatif ketika pada 1973 mendengar tentang krisis minyak dunia.

"Saya ketika itu berpikir, jika kita memang akan kehabisan minyak, maka sudah saatnya mencari material yang bisa diperbarui," kata Young. (BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI