Suara.com - Unit produksi milik Honda Motor Co di Ayutthaya, Thailand, memangkas kapasitas produksinya hingga 60 persen akibat turunnya permintaan dari pasar domestik. Pabrikan mobil asal Jepang itu khawatir tidak akan mencapai target penjualan tahun ini, setelah Thailand dilanda krisis politik selama enam bulan terakhir.
Sektor otomotif, yang terbesar di Asia Tenggara, adalah salah satu korban yang menderita paling parah dalam krisis politik dan pelemahan ekonomi Thailand, yang mencapai puncaknya dalam kudeta militer pada Kamis (23/5/2014).
Industri otomotif Thailand sudah memecat 30.000 pekerja subkontrak selama 2014 dan mengurangi produksi, akibat penjualan yang terus turun.
Honda sendiri telah memutuskan untuk menunda pengoperasian pabrik baru, yang sebelumnya direncanakan pada April 2015. Penundaan berlangsung selama enam bulan, dengan total investasi yang dialokasikan sebesar 530 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp6,1 triliun).
"Kami cemas dengan situasi yang tidak menguntungkan sejak awal tahun ini, baik situasi ekonomi maupun politik," kata Pitak Pruittisarikorn, wakil presiden eksekutif Honda Automobile Co.
Pabrik di Ayutthaya punya kapasitas produksi tahunan hingga 300.000 unit, sementara pabrik baru yang sedang dibangun di Prachinburi rencananya akan memproduksi 120.000 unit mobil per tahun.
Pitak mengatakan Honda tidak akan mencapai target penjualan tahun ini, yang sebelumnya ditetapkan sebesar 160.000 unit. Dia juga meramalkan penjualan mobil di Thailand pada tahun ini akan turun di bawah satu juta unit.
Penjualan mobil di Thailand pada April turun 33,2 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu. (Reuters)