Ramai Soal Video Monolog Gibran, Golkar: Untungnya Pak Prabowo Bukan Tipe Ribet dan Baperan

Kamis, 24 April 2025 | 11:26 WIB
Ramai Soal Video Monolog Gibran, Golkar: Untungnya Pak Prabowo Bukan Tipe Ribet dan Baperan
Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. (Antara/ Ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Golkar, M Sarmuji, menegaskan Presiden RI Prabowo Subianto bukan tipe pemimpin yang baperan alias kerap bawa perasaan. Sehingga Wapres Gibran Rakabuming Raka bisa menjalankan tugas sesuai porsinya.

Awalnya, Sarmuji menanggapi aksi Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka yang muncul di kanal YouTube pribadinya, dengan video monolog. Namun video tersebut justru banyak netizen yang tak menyukai atau banyak diberikan dislike.

Menjadi seorang Wakil Presiden kata Sarmuji, memang terkadang menjadi serba salah.

"Jadi wakil kadang memang serba salah. Terlalu maju salah, tertinggal juga salah. Terlalu diam, dianggap nggak ada ide, bicara kadang dianggap posisioning politik," kata Sarmuji kepada Suara.com saat dikonfirmasi, Kamis (24/5/2025).

Sumarji kemudian mengatakan untungnya Presiden RI Prabowo Subianto tidak gampang ambil hati melihat adanya hal tersebut. Sehingga, kata dia, Gibran bisa berperan.

"Untungnya Pak Prabowo bukan tipe ribet dan baperan sehingga Mas Gibran sebagai Wapres bisa berperan sesuai porsinya," katanya.

Meski demikian, ia menilai ada sisi positif Gibran dengan tampil lewat video monolog apalagi bicara soal bonus demografi.

"Kami melihat ada sisi positif wapres Gibran bicara isu penting seperti bonus demografi untuk memantik kesadaran kita semua. Bonus demografi jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi beban demografi bahkan bencana demografi," pungkasnya.

Muncul di YouTube

Baca Juga: Monolog Gibran Soal Bonus Demografi 'Menohok' Dirinya Sendiri

Sebelumnya, Gibran baru-baru ini muncul di kanal YouTube pribadinya, membahas soal tantangan masa depan Indonesia—dari perang dagang, geopolitik, sampai perubahan iklim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI