“Tetapi kepastiannya pengembangannya bagaimana nanti kita akan lihat karena RUPTL 2025-2034 kan masih dalam proses penyelesaian,” jelasnya.
Dalam perencanaannya dalam satu RUPTL bakal ada satu Giga Watt nuklir yang akan dikembangkan di situ.
“Jadi itu juga bisa menjadi awal dari energi nuklir kita,” ujarnya.
Eddy memprediksi, pada tahun 2038, sumber energi terbarukan di Pulau Jawa akan habis. Maka, kini Indonesia memerlukan nuklir untuk pengembangan sekaligus penyimpanan baterai secara nasional.
“Dan ini saya kira penting sekali karena banyak energi terbarukan itu kan sifatnya intermittent, hanya bisa digunakan untuk jam-jam tertentu, tidak 24 jam. Sehingga itu menjadi sangat penting untuk ke depannya,” tandasnya.
Kerja Sama dengan Tony Blair Institute
Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menjajaki peluang kerja sama dengan Tony Blair Institute dalam upaya percepatan digitalisasi di sektor pelayanan publik.
"Pak Tony Blair datang ke kantor Komdigi dengan Tony Blair Institute untuk membicarakan mengenai bagaimana transformasi digital di Indonesia bisa berjalan dengan lebih cepat," kata Menteri Komunikasi dan Digital RI Meutya Hafid di Jakarta, Senin (21/4/2025).
"Mudah-mudahan siap nanti diberi masukan, atau kerja sama dengan Tony Blair Institute," katanya seusai melakukan pertemuan dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan tim Tony Blair Institute (TBI).
Pejabat Kemkomdigi dan TBI dalam pertemuan hari ini membahas upaya transformasi digital, termasuk pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan pemanfaatan teknologi baru seperti kecerdasan buatan.