Beberapa warganet bahkan menyarankan agar peristiwa semacam ini disebarluaskan agar menarik perhatian pemerintah.
Akun @eko**** menuliskan, "Hal-hal seperti ini sebaiknya diviralkan agar sampai ke pemerintah!," Seruan ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa kurangnya perhatian dari otoritas terhadap permasalahan pengangguran yang terus meningkat.
Tidak sedikit pula yang mengkritik ketimpangan sosial dan kemudahan akses yang dimiliki oleh sebagian kecil elite.
Pengguna @dal**** menyindir, "Pupupapa mah gk perlu desak-desakan begini... tinggal ngerengek sama bapaknya, angkele... Sim salabim... tetiba jadi wapres paling dungu sepanjang sejarah."
Komentar ini, walau bernada sarkastik, mencerminkan keresahan publik atas kesenjangan sosial yang makin lebar.
Sementara itu, @dew**** mengangkat isu korupsi yang dianggap sebagai akar dari berbagai kesulitan sosial, termasuk pengangguran.
"Ya Allah....sedangkan mereka yang memakan uang haram dibiarkan... YTH Bapak Presiden @prabowo tidak kasihankah dengan anak-anak bangsa ini. Uang korupsi itu jika diperuntukkan untuk peningkatan kemampuan keterampilan akan lebih bermanfaat," tulisnya.
Sementara pengguna akun @naj**** memberikan kritik terhadap mekanisme seleksi kerja yang dianggap tidak transparan dan tidak efisien.
"Memangnya itu berkas sebanyak itu dibaca sama HRD? Paling juga formalitas saja, sudah ada kandidat yang diterima di perusahaan tersebut. Era digital seharusnya kirim via email, tinggal seleksi, jadi mengurangi penumpukan manusia juga menghemat bagi pelamar kerja dan perusahaan," ucap dia.
Baca Juga: 5 Pekerjaan yang Cocok Buat Introvert, Segini Total Gajinya
Peristiwa di Batam adalah cerminan nyata bahwa tantangan dunia kerja di Indonesia tidak hanya berada pada ketersediaan lapangan kerja, tetapi juga pada efektivitas dan transparansi sistem rekrutmen.