Suara.com - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), Hasan Nasbi, buka suara ihwal isu yang menyebut dirinya memilih mundur dari jabatan.
Hasan menegaskan dirinya sebenarnya enggan menanggapi isu ini. Tetapi terkait isu yang berkembang kekinian, Hasan menegaskan dirinya masih berkantor seperti biasa.
"Sebenarnya saya nggak mau menanggapi isu. Hari ini saya masih ngantor seperti biasa," kata Hasan kepada Suara.com, Rabu (16/4/2025).
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menegaskan Hasan Nasbi masih bekerja dan ngantor seperti biasa.
Hal ini ditegaskan Teddy menanggapi isu Hasan mundur dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO).
Teddy justru mempertanyakan isu terkait mundurnya Hasan berasal dari mana.
"Wah isu dari mana, ini masih ngantor seperti biasa," kata Teddy kepada wartawan, Rabu (16/4).
Teddy juga menyampaikan ia dan Hasan baru saja selesai rapat bersama.
"Baru aja selesai rapat bareng," kata Teddy.
Baca Juga: Pesan Prabowo ke Tim Negosiasi Tarif Trump: Yang Penting Turun-Negosiasi Sebaik-baiknya!

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menilai jawaban dari Kantor Komunikasi Kepresidenan/Presidential Communication Office (PCO) saat menanggapi teror kepala babi terhadap kantor berita Tempo merupakan jawaban teledor.
Prabowo merasa ikut bertanggung jawab atas kekeliruan bawahannya tersebut. Hal itu disampaikan Prabowo saat menjawab pertanyaan terkait dalam wawancara bersama tujuh jurnalis di kediaman Prabowo, di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Mulanya, Prabowo mengaku pada awal pemerintahannya di 150 hari pertama, ia terlalu fokus untuk bekerja.
"Saya ingin jawab, bener sekali saya akui bahwa 150 hari saya sendiri, menurut pendapat saya, saya yang bertanggung jawab, saya yang salah sebetulnya," kata Prabowo, dikutip Selasa (8/4/2025).
"Kenapa? Karena begitu kami dapat mandat, fokus saya, antusiasme saya, semangat saya adalah bagaimana bisa dengan waktu yang sesingkat-singkatnya deliver. Orang lapar nggak bisa nunggu, anak-anak yang lapar nggak bisa nunggu. Jadi fokus kami kerja, kerja," tuturnya.
Belakangan, Prabowo menyadari bahwa ada hal lain yang perlu dilakukan di luar fokus bekerja, yakni perihal komunikasi.
"Ternyata tidak seperti itu. Politik adalah persepsi dan ya kadang-kadang kekuatan-kekuatan tertentu, apapun yang kita buat pasti dinarasi tidak baik. Karena itu saya mau perbaiki itu," kata Prabowo.
Sementara itu berkaitan tanggapan dari PCO menyoal teror kepala babi ke kantor Tempo, Prabowo merasa ada salah ucap dari anak buahnya yang baru menjabat di pemerintahan. Ia merasa bawahannya kurang berhati-hati dalam mengucap saat memberikan respons.
"Masalah apa itu, salah ucap, tim saya kan orang-orang baru dalam pemerintahan, banyak orang baru di pemerintahan sebagian menteri-menteri yang senior ada yang dari kabinet lama tapi banyak yang baru. Jadi mungkin kurang waspada, kurang hati-hati dalam mengucap. Saya kira itu yang bisa saya jelaskan, ya saya nanti, saya belum ketemu sih sebetulnya setelah," kata Prabowo.
Terkait adanya teror kepala babi hingga bangkai tikus ke kantor Tempo, Prabowo terkejut. Ia merasa aksis teror dilakukan untuk menciptakan kondisi tidak baik sekaligus sebagai upaya adu domba.
"Saya juga kaget masalah kepala babi dan apa ya itu tikus. Itu juga saya kira gaya-gaya apa, ya, taktik, teknik gitu-gitu ya bagi saya, saya juga, saya nggak terlalu percaya bahwa yang melakukan itu punya sifat-sifat," kata Prabowo.
"Saya ulangi (yang) saya katakan, saya kira yang lakukan itu ingin mengadu domba, ingin menciptakan suasana yang tidak baik. menurut saya itu, ya," sambungnya.
Kendati begitu, diakui Prabowo, respons yang diberikan PCO saat menanggapi teror kepala babi ke kantor Tempo merupakan ucapan yang teledor.
"Tapi bener itu ucapan yang menurut saya teledor, itu, ya keliru itu, saya kira beliau menyesal," kata Prabowo.
Klarifikasi PCO
Kekinian Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menjelaskan maksud di balik pernyataan "dimasak saja" saat memberi tanggapan atas teror kepala babi kepada jurnalis Tempo, Francisca Chirsty Rosana atau Cica.
![Teror kepala babi ditujukan kepada jurnalis Tempo, Kamis (20/3/2025) sore. [Dok.]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/21/53608-teror-kepala-babi-ditujukan-kepada-jurnalis-tempo.jpg)
Hasan mengatakan pernyatannya tersebut merujuk sikap Cica di media sosial atas teror kepala babi yang dialamatkan kepada dirinya.
"Justru, ya, respon yang benar itu menurut saya adalah respon seperti yang disampaikan oleh si Francisca itu di cuitan X-nya dia. Justru, respons yang benar itu adalah respon seperti si Francisca itu dengan mengecilkan si peneror," kata Hasan kepada wartawan, dikutip Minggu (23/3/2025).
Menurut Hasan respons yang diberikan Cica terhadap teror justru sudah benar. Menurutnya dengan respons tersebut, tujuan pelaku untuk melakukan teror jadi tidak tersampaikan.
"Jadi kalau dia mengecilkan seperti itu artinya KPI si peneror nggak kesampaian. Bisa stres tuh si peneror kalau direspons dengan cara seperti itu. Nah, KPI nggak kesampaian kan? Saya itu kemarin hanya menyempurnakan responsnya Si Cica itu aja," ujar Hasan.
Hasan menegaskan pernyataannya soal "dimasak aja" bukan bermaksud melecehkan. Ia mengaku hanya meneruskan apa yang menjadi respons Cica terhadap aksi teror kepala babi.
"Jadi bukan pelecehan itu. Coba kamu lihat deh X-nya si Cica, menurut saya itu respons yang benar kayak gitu, jadi kan saya meneruskan itu, kan itu saya sampaikan kemarin. Lho, buktinya dia menanggapinya bercanda aja gitu. Jadi sekarang itu si peneror itu pasti KPI-nya menebar ketakutan. Terus kita besar-besarkan ketakutannya, ya tercapai dong target dia kalau kita besar-besarkan ketakutannya," tutur Hasan.
Hasan berpandangan respons Cica terhadap aksi teror sudah tepat. Sebab, menurutnya aksi teror tersebut memang tidak perlu dibesarkan agar tujuan pelaku untuk menebar teror atau ketakutan tidak tercapai.
"Saya menyempurnakan respons itu ya, sekalian aja kan? Kalau orang kirim itu sebagai teror, ternyata bahan makanan dia dimasak aja lah, peneror kan pasti stres kalau bahan kiriman dia dimasak kan gitu, kira-kira begitu. Jadi saya bingung kenapa marah-marah, tetapi kirim aja lah namanya orang kan," kata Hasan.
"Jadi jangan sampai kita justru ikut membesar-besarkan ketakutan karena itu targetnya si peneror. Kita harus mengecilkan dia. Menurut saya cara yang paling tepat untuk mengecilkan peneror itu ya dimasak aja lah kirimannya dia kan gitu. Dimasak terus dimakan kan gitu," sambung Hasan.