Luthfi melihat ini sebagai indikator bahwa Jateng memiliki modal SDM yang cukup dan tinggal dioptimalkan melalui pelatihan keterampilan.
Ia menyebutkan bahwa pemerintah akan terus menggenjot program-program pelatihan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan lembaga pelatihan lainnya agar calon tenaga kerja siap terjun ke berbagai sektor industri, khususnya yang sedang berkembang seperti manufaktur, teknologi, dan pertanian modern.
“Tenaga kerja kita tidak kurang. Tapi harus ditingkatkan kualitasnya agar sesuai dengan kebutuhan zaman,” kata mantan petinggi Polri itu.
Dalam hal infrastruktur, Luthfi juga menekankan pentingnya pembangunan yang menunjang konektivitas dan efisiensi logistik. Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang sedang disiapkan, dan ia juga sedang mengupayakan agar Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani bisa kembali mendapatkan status internasional.
Menurutnya, kedua fasilitas itu sangat penting untuk mendukung masuknya investor dan kelancaran ekspor-impor.
Sementara itu, Kepala KPwBI Jateng, Rahmat Dwisaputra, mengatakan bahwa forum koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemprov Jateng bertujuan menyusun strategi investasi yang berkelanjutan. Dalam tiga tahun terakhir, fokus diarahkan pada sektor pertanian dan ekonomi sirkular.
“Ini sejalan dengan karakteristik Jateng sebagai lumbung pangan nasional. Potensi ini harus dikelola dengan pendekatan yang adaptif terhadap dinamika global,” kata Kepala BI Jateng Rahmat.
Acara tersebut turut dihadiri para kepala daerah se-Jawa Tengah atau perwakilannya, pimpinan OPD, serta Konsulat Jenderal Australia, yang turut menjajaki potensi kerja sama investasi dengan provinsi ini.
Dengan pendekatan kolaboratif, peningkatan pelayanan, dan dorongan pada sektor-sektor strategis, Jawa Tengah optimistis mampu menjaga arus investasi tetap deras dan berkualitas, demi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca Juga: Harga Emas Antam Melonjak Tajam: Sentuh Rp1,846 Juta per Gram, Ini Rinciannya