"Kami Malu Jadi Orang Amerika": Turis AS di Paris Sembunyikan Identitas karena Trump

Denada S Putri Suara.Com
Sabtu, 12 April 2025 | 20:47 WIB
"Kami Malu Jadi Orang Amerika": Turis AS di Paris Sembunyikan Identitas karena Trump
Ilustrasi Turis asing. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepasang suami istri asal Dallas, Oregon, Amerika Serikat (AS) bernama Barbara dan Rick Wilson baru-baru ini menceritakan pengalaman tak menyenangkan saat berlibur di Paris, Prancis.

Adapun, pengalaman tersebut berkaitan dengan kewarganegaraannya yakni AS yang kini tengah menjadi sorotan karena sang Presiden, Donald Trump memberlakukan system tarif untuk perdagangan global, termasuk Prancis.

Menurut Rick yang berusia 74 tahun ini, pengalaman tak terduga itu ia alami karena sangat muak dan merasa malu atas ulah Presiden Trump yang memberlakukan tarif.

Bahkan, sebelum meninggalkan hotelnya, Rick mengambil selotip hitam dan menutupi bendera Amerika Serikat di sudut topi bisbolnya.

"Kami muak dengan hal ini. Mengerikan. Benar-benar mengerikan," kata Rick, saat ia dan istrinya merenungkan rasa malu dan canggung yang tiba-tiba mereka rasakan, sebagai warga Amerika yang sedang berlibur di negara lain.

Bahkan, sang istri Barbara (70) mempunyai pin kerah Kanada di sakunya (hadiah dari turis lain) yang menurutnya mungkin berguna untuk menutupi kewarganegaraannya.

"Saya kecewa dengan negara kami. Kami kesal dengan tarif," jelas Barbara, dikutip dari BBC, Sabtu (12/04/2025).

Di sisi lain, pasangan Amerika lainnya juga berusaha untuk tidak terlalu mencolok saat berada di luar Museum Louvre.

Chris Epps, 56 tahun, seorang pengacara dari New York, telah memutuskan untuk mengenakan pakaian yang sedikit berbeda pada tur hari ini.

Baca Juga: Akali Tarif Trump, Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India-China ke AS Hanya Dalam 3 Hari

"Tidak ada topi New York Yankees. Saya meninggalkannya di hotel. Orang-orang mungkin mendatangi kami, memperlakukan kami secara berbeda. Namun sejauh ini, semuanya baik-baik saja," ungkap Chris.

Dalam laporan BBC, pada dasarnya tidak ada indikasi bahwa warga Amerika kurang diterima di Paris dibandingkan sebelumnya.

Namun, kemarahan yang ditimbulkan di Eropa akibat tarif Trump ini menambah panas hubungan Eropa dan AS dalam hubungan internasional.

Bahkan, sudah ada beberapa dampak nyata pada perjalanan, pariwisata, akademis, dan bidang lainnya.

Seperti pesanan untuk buku-buku tentang AS telah turun hingga 25% sepanjang tahun ini di Paris.

"Ini penurunan yang besar," kata Philippe Gloaguen, pendiri buku panduan perjalanan paling bergengsi di Prancis, Le Guide du Routard.

Kendati pesanannya menurun, tetapi tidak membuat Gloaguen mengeluh, ia justru merasa sebaliknya.

"Saya sangat bangga dengan pelanggan saya. Mereka muda, berpendidikan tinggi, dan sangat demokratis. Itulah kenyataannya bagi Putin... dan bagi Tiongkok. Kita tahu ketika ada kediktatoran yang terjadi di suatu negara," katanya, seraya menyatakan bahwa pembaca Prancisnya mulai memandang Amerika dengan cara yang sama.

"Mereka tidak ingin menghabiskan uang mereka di Amerika Serikat," tambah Gloaguen.

Dia mencatat bahwa penurunan mendadak dalam penjualan di AS diimbangi oleh peningkatan penjualan buku tentang "Kanada dan negara-negara lain."

Hal itu menjadi bukti lain dari industri perjalanan yang mulai mendukung gagasan tentang meningkatnya kekecewaan terhadap Amerika Serikat.

Ilustrasi kebijakan tarif Trump. [Ist]
Ilustrasi kebijakan tarif Trump. [Ist]

Kebijakan Tarif Trump

Kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selama masa jabatannya telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian global.

Trump menerapkan tarif impor dengan tujuan untuk melindungi industri domestik AS, mengurangi defisit perdagangan, dan mendorong negara-negara lain untuk melakukan negosiasi ulang perjanjian perdagangan dengan AS.

Kebijakan ini mencerminkan pendekatan "America First" yang diusung oleh Trump, yang menekankan kepentingan nasional AS di atas kerja sama multilateral.

Tarif Baja dan Aluminium:Trump memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium dari berbagai negara, termasuk sekutu tradisional AS.

Kebijakan ini memicu reaksi keras dari negara-negara yang terkena dampak, yang membalas dengan tarif mereka sendiri terhadap produk-produk AS.

Trump melancarkan perang dagang dengan Tiongkok, menerapkan tarif pada berbagai produk impor Tiongkok senilai ratusan miliar dolar AS.

Tiongkok membalas dengan tarif mereka sendiri, menciptakan ketegangan perdagangan yang berkepanjangan antara kedua ekonomi terbesar dunia.

Trump menegosiasikan ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), menghasilkan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

USMCA memperkenalkan perubahan signifikan pada aturan perdagangan regional, termasuk persyaratan konten otomotif yang lebih ketat.

Dampak Tarif Trump

Kebijakan tarif Trump telah menimbulkan dampak ekonomi yang beragam, dengan beberapa sektor industri AS mengalami kerugian akibat kenaikan biaya bahan baku dan penurunan ekspor.

Perang dagang dengan Tiongkok juga telah menciptakan ketidakpastian ekonomi global dan mengganggu rantai pasokan.

Kebijakan tarif Trump telah merusak hubungan perdagangan AS dengan banyak negara, termasuk sekutu tradisional.
Pendekatan unilateral Trump telah menimbulkan kekhawatiran tentang komitmen AS terhadap sistem perdagangan multilateral.

Indonesia juga terkena dampak dari kebijakan tarif dagang Trump, meskipun tidak secara langsung seperti negara-negara lain.

Ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh perang dagang AS-Tiongkok telah mempengaruhi perdagangan dan investasi Indonesia.

Kebijakan tarif dagang Trump telah menjadi topik kontroversial, dengan para pendukung berargumen bahwa kebijakan tersebut diperlukan untuk melindungi industri AS dan menegosiasikan perjanjian perdagangan yang lebih menguntungkan.

Namun, para kritikus berpendapat bahwa kebijakan tersebut telah merusak ekonomi global, merusak hubungan internasional, dan menciptakan ketidakpastian yang tidak perlu.

Penting untuk dicatat bahwa dampak jangka panjang dari kebijakan tarif Trump masih diperdebatkan dan akan terus dipengaruhi oleh perkembangan perdagangan global di masa depan.

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI