Suara.com - Presiden Prabowo Subianto didesak untuk mempertimbangkan kembali rencananya mengevakuasi Warga Gaza ke Indonesia meski itu diklaim hanya bersifat sementara.
Pengamat Timur Tengah sekaligus penasihat Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Smith Al Hadar mengatakan bahwa tidak ada jaminan warga Gaza yang nanti dievakuasi ke Indonesia dapat kembali ke tanah kampung halamannya.
Lantaran itu, ia meminta Presiden Prabowo untuk melihat sejarah Nakba di Tahun 1948, ketika ratusan ribu Rakyat Palestina dipaksa angkat kaki untuk mengungsi atau diusir oleh Israel.
"Sejak tahun 1948 itu belum pernah ada satu orang Palestina yang terusir dari tanah kampung halamannya bisa kembali," ungkap Smith kepada Suara.com, Jumat (11/4/2025).
Smith menduga niat Prabowo mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia semata-mata bukan karena persoalan kemanusiaan. Namun, ia juga sarat akan nuansa politis.
Dia menilai Prabowo menggunakan langkah itu sebagai salah satu cara negosiasi untuk mendapatkan keringanan atas tekanan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia.
“Saya kira ini sebenarnya bukan isu kemanusiaan, tapi isu politik. Prabowo sepertinya tidak punya cara lain untuk bernegosiasi dengan Trump,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pada 25 Januari 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat mengutarakan rencana merelokasi 2,3 juta warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
Rencana itu diutarakan tak lama setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Baca Juga: Presiden Prabowo Tegaskan Evakuasi 1.000 Warga Gaza Bukan Relokasi! Ini Misinya...
Ketika itu, kata Smith, Mesir dan Yordania langsung menolak permintaan Trump. Sebab mereka tidak percaya relokasi akan bersifat sementara.
“Bukan karena mereka tidak menginginkan membantu Palestina, tapi ini sangat berbau politis. Merelokasi orang Palestina ke negara lain itu merupakan agenda Israel Zionis sejak dulu,” ungkap Smith.
Kemudian di 4 Februari 2025 saat konferensi pers bersama Netanyahu, Trump kembali menyampaikan ambisi AS untuk menguasai Jalur Gaza.
Ketika itu Trump mengatakan AS ingin menguasai Jalur Gaza dalam bentuk kepemilikan jangka panjang untuk mengembangkan proyek properti menjadi "Riviera Timur Tengah".
Di sisi lain Smith menilai rencana Prabowo mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia dapat memicu goncangan politik dalam negeri.
Apalagi, niat tersebut secara tidak langsung dapat dimaknai sebagai bentuk dukungan terhadap agenda Israel dan AS melakukan pembersihan etnis dan genosida terhadap rakyat Palestina.
“Nanti akan ada demo besar di Indonesia untuk menentang itu, sehingga semakin melemahkan pemerintahan Prabowo,” ujarnya.
Evakuasi Sementara
Sebelumnya, Presiden Prabowo berencana mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia. Niat itu disampaikan Prabowo menjelang lawatan ke negara Timur Tengah, yakni Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar dan Yordania pada Rabu, 9 April 2025 dini hari.
Prabowo bahkan telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Sugiono untuk menyiapkan niatnya tersebut.
Evakuasi rencananya akan dilakukan terhadap anak-anak yatim-piatu hingga warga Gaza yang terluka akibat konflik yang terjadi di wilayah tersebut.
"Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk angkut mereka, kami perkirakan mungkin jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama," ucap Prabowo.
Niat mengevakuasi warga Gaza itu diklaim Prabowo sebagai komitmen Indonesia mendukung Palestina.
Evakuasi akan dilakukan tanpa paksaan; hanya kepada warga Gaza yang memang memiliki keinginan dievakuasi. Selain itu Prabowo juga menekankan evakuasi hanya bersifat sementara.
"Mereka di sini hanya sementara sampai pulih. Pada saat pulih dan sehat serta kondisi Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka asal," jelas Prabowo.

Menteri Luar Negeri Sugiono juga menegaskan bahwa pemerintah hanya berniat melakukan evakuasi sementara. Dia memastikan tidak ada maksud untuk merelokasi atau memindahkan warga Gaza tersebut dari tanah kampung halamannya.
"Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa Indonesia menolak setiap upaya yang akan merelokasi atau memindahkan warga Palestina dari Tanah Airnya," ujar Sugiono.
Menurut Sugiono apa yang hendak dilakukan Indonesia ini telah dilakukan beberapa negara. Seperti Mesir, Turki, Qatar, dan UAE yang juga menerima rakyat Palestina korban konflik di Gaza.
Kekinian, kata dia, Indonesia sedang berkonsultasi dengan sejumlah negara terkait rencana evakuasi warga Gaza ke tanah air. Termasuk dengan pemerintah Palestina.
Sugiono juga menekankan niat Indonesia tersebut sepenuhnya dilakukan untuk kepentingan rakyat Palestina dan mendapat dukungan negara-negara di kawasan.
"Bahkan Indonesia telah mengirimkan tim Kesehatan TNI ke Mesir dan Gaza untuk melaksanakan misi kemanusiaan tersebut," katanya.
Selain itu Kementerian Luar Negeri saat ini juga tengah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. Koordinasi dilakukan untuk menyiapkan teknis pelaksanaan evakuasi hingga kepulauan warga Gaza nantinya.
"Waktu pelaksanaan rencana tersebut akan ditetapkan apabila semua konsultasi dengan berbagai negara dan persiapan teknis dapat diselesaikan," katanya.