Suara.com - Titiek Puspa, sosok legendaris yang selama lebih dari tujuh dekade menjadi simbol keteguhan, kelembutan, dan ketulusan dalam berkesenian, telah berpulang ke pangkuan Ilahi.
Dari nama kecilnya yang berganti menjadi Kadarwati, lalu dikenal luas sebagai Titiek Puspa, hidupnya adalah perjalanan spiritual dan artistik yang menjelma menjadi mozaik dedikasi tiada henti.
Ia bukan hanya penyanyi bersuara khas, melainkan juga pencipta lagu, aktris, penulis lirik, dan ikon budaya yang lintas zaman.
Dalam setiap nada yang ia lantunkan dan kata yang ia tulis, ada ruh keikhlasan yang mengalir.
Di balik senyum lembutnya dan suara emas yang tak lekang oleh waktu, Titiek hadir bukan untuk sekadar dikenal, melainkan untuk dicintai sekaligus mewarisi nilai-nilainya.
Warisan seni dan keteladanan hidupnya akan terus hidup dalam hati jutaan jiwa yang pernah tersentuh oleh cahaya karyanya.
Kepergiannya bukan sekadar meninggalkan kehampaan di panggung hiburan, tetapi juga menyisakan luka kolektif di hati bangsa yang tumbuh bersama karya-karyanya.
Lahir dengan nama Sudarwati di Tanjung, Kalimantan Selatan, pada 1 November 1937, Titiek adalah potret keabadian dalam dunia yang terus berubah.
Perjalanan spiritual seorang legenda, Titiek Puspa, ternyata terbentang dalam rentang waktu yang tidak singkat, membuktikan bahwa hidayah seringkali menyapa di waktu yang tak terduga.
Baca Juga: Wakil Ketua DPR Dasco: Titiek Puspa Banyak Menyumbang untuk Kemajuan Kesenian Bangsa
Terlahir sebagai seorang Muslimah, Eyang Titiek secara jujur mengakui bahwa ibadah shalat baru benar-benar merasuk dalam kalbunya pada tahun 1989, sebuah fase ketika kematangan usia dan puncak karier justru menjadi gerbang hidayah.