Suara.com - Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un baru-baru ini menegaskan soal status negaranya yang menolak gagasan denuklirisasi seperti yang disampaikan Presiden AS, Donald Trump.
Sosok terkuat kedua di Korut itu mengatakan negaranya tidak akan pernah meninggalkan persenjataan nuklirnya.
Menurutnya, persenjataan nuklir mereka adalah komponen pertahanan nasional yang permanen dan penting.
"Kami tidak peduli dengan penolakan dan pengakuan siapa pun, dan kami tidak pernah mengubah pilihan kami," kata Kim, dikutip Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah, Rabu (09/04/2025).
"Ini adalah pilihan teguh kami yang tidak akan pernah bisa dibatalkan oleh kekuatan fisik atau tipu daya licik apa pun,” tambahnya.
Komentarnya muncul sebagai tanggapan atas pernyataan bersama yang dikeluarkan Kamis lalu oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya, dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul selama pertemuan menteri luar negeri NATO di Brussels.
Dalam pertemuan itu, mereka menegaskan kembali komitmen mereka untuk denuklirisasi Korut.
Kim menggambarkan janji trilateral tersebut sebagai "tindakan paling bermusuhan" dan penolakan langsung terhadap kedaulatan Korea Utara.
Ia juga menegaskan kembali bahwa persenjataan nuklir Korea Utara memainkan “peran penting dalam mencegah agresi dan ancaman dari kekuatan luar” dan sangat penting untuk menjaga keamanan nasional.
Baca Juga: Bertemu di Teuku Umar, Megawati Banyak Kasih Saran ke Prabowo Termasuk soal Tarif Donald Trump
![Kim Yo-jong, adik Kim Jong Un. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/09/53893-kim-yo-jong-adik-kim-jong-un-ist.jpg)
Profil Kim Yo-jong
Kim Yo-jong lahir pada 26 September 1987 (beberapa sumber menyebut 1988) di Pyongyang, Korut.
Dia memiliki jabatan sebagai Wakil Direktur Departemen Propaganda dan Agitasi Partai Buruh Korea
Dia juga merupakan anggota senior keluarga Kim, adik dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un.
Diyakini, Kim Yo-jong pernah belajar di Swiss bersama Kim Jong-un di bawah identitas samaran.
Posisi dan Pengaruh
Kim Yo-jong adalah sosok perempuan paling menonjol di lingkaran elite Korut.
Meskipun tidak memiliki jabatan formal setingkat kepala negara, ia disebut-sebut sebagai orang kepercayaan utama sekaligus tangan kanan Kim Jong-un dalam urusan strategis—baik internal partai maupun diplomasi luar negeri.
Pengaruhnya semakin kentara sejak 2018 ketika ia menjadi bagian dari delegasi tinggi Korut dalam berbagai pertemuan internasional, termasuk dalam perhelatan Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan dan pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.
Dia dikenal sebagai pengendali narasi publik Korea Utara, dengan jabatan penting di Departemen Propaganda dan Agitasi yang bertugas membentuk citra pemimpin, menyusun retorika negara, hingga mengatur arah pemberitaan dalam negeri.
Sikap Politik dan Pernyataan Terbaru
Kim Yo-jong dikenal vokal dalam merespons tekanan internasional terhadap Korut.
Ia kerap mengeluarkan pernyataan keras terhadap Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, terutama dalam isu denuklirisasi, sanksi internasional, dan latihan militer gabungan di kawasan Semenanjung Korea.
Dalam pernyataan terbaru (April 2025), ia dengan tegas menyatakan bahwa Korea Utara tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya, karena dianggap sebagai "komponen pertahanan nasional yang permanen".
Kim menyebut upaya denuklirisasi yang digagas AS dan sekutunya sebagai "tindakan bermusuhan" dan bentuk penolakan atas kedaulatan negaranya.
Fakta Menarik
Dia diyakini sebagai penulis pidato Kim Jong-un dan pengarah strategis untuk momen-momen penting.
Beberapa pengamat menyebutnya sebagai calon penerus kekuasaan jika terjadi sesuatu terhadap Kim Jong-un.
Meskipun perannya penting, ia kerap tampil dengan gaya sederhana dan minim publikasi pribadi.
Kontributor : Maliana