CEK FAKTA: Apakah Lumpur Lapindo Benar-Benar Berhenti?

Denada S Putri Suara.Com
Selasa, 08 April 2025 | 23:18 WIB
CEK FAKTA: Apakah Lumpur Lapindo Benar-Benar Berhenti?
Lumpur Lapindo. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beredar informasi menyebutkan bahwa umpur Lapindo berhenti menyembur. Kabar itu beredar di media sosial (Medsos) Instagram.

Akun dengan nama “folkjtm”, mengunggah video pada Jumat (21/03/2025) soal informasi tersebut.

Melalui unggahan videonya, akun itu menyebut semburan lumpur lapindo di Sidoarjo telah berhenti.

Terdapat narasi yang diberikan. Berikut narasi lengkapnya:

Viral!!! Lumpur Lapindo Berhenti Menyembur Tapi Masih Ada Asap, Pakar Geologi: Pertanda Positif

Per Selasa (08/04/2025), konten tersebut telah mendapatkan lebih dari 57 ribu tanda suka dan sudah dibagikan ulang lebih dari 1.000 kali.

Pemeriksaan Fakta

Melansir dari Turnbackhoax.id, Tim Pemeriksa Fakta Mafindo pertama-tama menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan kata kunci “lumpur lapindo berhenti menyembur” ke mesin pencarian Google.

Hasilnya, ditemukan artikel kompas.com “Ramai soal Kabar Semburan Lumpur Lapindo Berhenti, Bagaimana Faktanya?”.

Baca Juga: CEK FAKTA: Akun TikTok Sebarkan Tautan Pemutihan Pajak

Berdasarkan artikel yang tayang pada Senin (24/03/2025) itu, klaim mengenai berhentinya semburan Lumpur Lapindo tidaklah benar.

Dalam wawancaranya bersama Kompas.com, Legiman—warga setempat yang juga bekerja sebagai pemandu wisata di area Lumpur Lapindo—menerangkan bahwa semburan lumpur masih berlangsung.

Namun, volumenya mengalami penurunan. Selain itu, masih terlihat asap putih serta tercium aroma gas di sekitar tanggul.  

Interpretasi pembuat konten terhadap artikel Tempo kurang akurat, yang mengakibatkan penyampaian konteks yang tidak sesuai dalam konten tersebut.

Lumpur Lapindo sebenarnya tidak berhenti menyembur, melainkan mengalami penurunan volume penyemburan.

Faktanya, semburan lumpur masih berlangsung, tetapi volumenya mengalami penurunan.

Unggahan berisi klaim “lumpur lapindo berhenti menyembur” merupakan konten dengan konteks yang salah (false context).

CEK FAKTA: Apakah Lumpur Lapindo Benar-Benar Berhenti?
CEK FAKTA: Apakah Lumpur Lapindo Benar-Benar Berhenti?

Lumpur Lapindo: Bencana Industri Terbesar dalam Sejarah Indonesia

Lumpur Lapindo atau biasa dikenal sebagai Semburan Lumpur Sidoarjo (Lusi) adalah salah satu bencana lingkungan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Bencana ini bermula pada 29 Mei 2006, ketika semburan lumpur panas tiba-tiba muncul dari dalam tanah di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Asal Usul dan Dugaan Penyebab

Semburan ini terjadi tidak jauh dari lokasi pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas, sebuah perusahaan energi yang saat itu melakukan eksplorasi gas bumi di sumur Banjar Panji-1.

Dugaan awal menyebutkan bahwa kegiatan pengeboran menyebabkan tekanan bawah tanah yang tidak terkendali, sehingga memicu semburan lumpur panas dari kedalaman sekitar 3.000 meter.

Namun, terdapat dua versi besar mengenai penyebab bencana ini:

Kesalahan pengeboran oleh Lapindo Brantas, tanpa casing pelindung saat melintasi zona bertekanan tinggi.
Gempa bumi Yogyakarta pada 27 Mei 2006 yang diduga turut memicu pergerakan tekanan bawah tanah.

Meskipun versi pertama lebih banyak dipegang oleh para ahli, perdebatan penyebab ini masih berlangsung hingga kini.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Semburan lumpur tidak berhenti hingga kini dan telah menenggelamkan lebih dari 16 desa di tiga kecamatan: Porong, Tanggulangin, dan Jabon. Ribuan rumah, sekolah, tempat ibadah, sawah, dan jalan raya—termasuk sebagian Jalan Tol Surabaya-Gempol—terkubur di bawah lumpur.

Dampaknya meliputi:

  • Sekitar 60.000 jiwa harus mengungsi dan kehilangan tempat tinggal.
  • Infrastruktur hancur, aktivitas ekonomi lumpuh.
  • Ancaman kesehatan akibat gas beracun seperti H2S (hidrogen sulfida) dan polusi udara.

Penanganan dan Kontroversi

Pemerintah pusat kala itu membentuk Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk menangani dampak bencana.

PT Lapindo Brantas diminta bertanggung jawab atas ganti rugi dan penanganan teknis, namun pelaksanaannya menuai banyak kontroversi. Sebagian warga mengeluhkan pembayaran ganti rugi yang tidak sesuai atau terlambat.

Hingga kini, tanggul-tanggul darurat terus dibangun untuk menahan luapan lumpur. Lumpur pun masih aktif keluar dari pusat semburan, meski dengan intensitas yang lebih kecil dibanding awal kejadian.

Fenomena Alam dan Objek Studi

Fenomena Lumpur Lapindo menjadi objek studi penting bagi ahli geologi dunia karena keunikan dan skala bencananya.

Bahkan, para ilmuwan menyebut ini sebagai "gunung lumpur terbesar di dunia".

Beberapa peneliti memprediksi semburan ini bisa berlangsung hingga puluhan atau bahkan ratusan tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI