"Penemuan ini mengungkap bagaimana peternakan menyebar di Sahara hijau, kemungkinan melalui pertukaran budaya daripada migrasi skala besar," tambah Dr Savino di Lernia, penulis senior penelitian tersebut.
Dr Savino juga menambahkan bahwa penelitian ini menyoroti pentingnya DNA purba untuk merekonstruksi sejarah manusia di wilayah seperti Afrika Utara Tengah, yang memberikan dukungan independen terhadap hipotesis arkeologi.
Pada akhirnya, penelitian DNA purba dari manusia prasejarah ini telah merevolusi apa yang belum kita ketahui tentang masa lalu kita.
Hal ini memungkinkan para peneliti untuk lebih memahami kapan dan di mana spesies kita berevolusi, serta mengidentifikasi kerabat jauh kita.
Sayangnya, hal ini memiliki keterbatasan. Salah satu masalah utama adalah bahwa DNA cenderung rusak lebih cepat di wilayah yang lebih hangat. Hal ini membuat kemungkinan kecil ditemukannya materi genetik apa pun di tulang-tulang dari gurun dan hutan hujan.
![Ilustrasi Gurun Sahara. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/08/44239-ilustrasi-gurun-sahara-ist.jpg)
Gurun Sahara: Lautan Pasir Terbesar di Dunia yang Menyimpan Keajaiban Alam
Gurun Sahara adalah salah satu bentang alam paling ikonik di dunia, dikenal luas sebagai gurun panas terbesar di Bumi.
Terletak di benua Afrika, Sahara membentang di sebelas negara, termasuk Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sudan, Tunisia, dan Sahara Barat. Luasnya mencapai sekitar 9,2 juta kilometer persegi, hampir seukuran Amerika Serikat.
Asal-Usul dan Nama
Baca Juga: Jurnalis Juwita Diduga Diperkosa Sebelum Dibunuh, Denpomal Masih Tunggu Hasil Tes DNA Sperma
Kata "Sahara" berasal dari bahasa Arab ar yang berarti "gurun". Meski sekarang terkenal kering dan panas, sekitar 6.000–7.000 tahun yang lalu Sahara merupakan wilayah yang subur dan hijau, dikenal sebagai Green Sahara.