Saran Rocky Buat Prabowo 'Lawan' Tarif Trump: Kuatkan Diplomasi, Jadikan Dino Patti Djalal Dubes

Senin, 07 April 2025 | 21:46 WIB
Saran Rocky Buat Prabowo 'Lawan' Tarif Trump: Kuatkan Diplomasi, Jadikan Dino Patti Djalal Dubes
Ilustrasi Presiden Prabowo Subianto.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Indonesia sebenarnya dapat melakukan perlawanan atau counter attack terhadap perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).

Namun, untuk mengambil langkah tersebut diperlukan kekuatan diplomasi.

"Indonesia bisa melakukan semacam counter attack terhadap proposal atau keputusan executive order dari Donald Trump, tetapi apapun reaksi Indonesia, tentu hanya mungkin kalau ada kemampuan diplomasi," kata Rocky lewat akun YouTube Rocky Gerung Official dikutip Suara.com, Senin (7/4/2025).

Langkah diplomatik tersebut, kata Rocky, sebenarnya telah dilakukan beberapa negara Asia lainnya, seperti Vietnam, Malaysia dan Singapura.

"Apa yang bisa dilakukan Indonesia dan upaya untuk memikirkan itu tentu ada dua kegiatan, yaitu mempersiapkan peluang-peluang baru untuk memperkuat daya tarik internasional Indonesia, sekaligus meyakinkan Amerika bahwa Indonesia mampu bernegosiasi seperti yang dilakukan Vietnam, Malaysia, Singapura dan lainnya," ungkapnya.

Rocky juga menyarankan kepada Presiden Prabowo Subianto agar segera menunjuk Duta Besar Indonesia untuk AS.

Posisi Dubes Indonesia untuk AS yang kosong sejak dua tahun terakhir itu menurutnya penting untuk segera diisi agar bisa melakukan negosiasi di tengah kondisi global yang semakin kompleks.

Lebih lanjut, Rocky mengungkap beberapa hal yang perlu dipertimbangkan Prabowo dalam memilih Dubes Indonesia untuk AS.

Bukan hanya sekadar pejabat diplomatik, menurutnya sosok yang dipilih harus dipastikan mahir bernegosiasi dan paham akan kondisi ekonomi global, geopolitik serta hukum internasional.

Baca Juga: ASEAN Harus Bersatu Lawan Tarif AS!

Ia pun merekomendasikan kepada Presiden Prabowo untuk menunjuk Dino Patti Djalal sebagai Dubes Indonesia untuk AS.

"Dino punya pengalaman, jaringan, dan pemahaman mendalam soal diplomasi. Dia bisa jadi model atau standar minimal. Kalau ada yang lebih baik, tentu bagus," ungkap Rocky.

Rocky mengatakan bahwa perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal AS merupakan ujian penting bagi Pemerintahan Prabowo saat ini.

Apabila berhasil melalui ujian tersebut dengan strategi diplomasi yang kuat, dia yakin Indonesia berpotensi kembali menjadi negara pemimpin di Kawasan ASEAN dan menjadi aktor utama dalam percaturan geopolitik Indo-Pasifik.

Peran Penting Dubes

Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF juga menilai pemerintah perlu segera menunjuk Dubes Indonesia untuk AS, agar bisa menjembatani negosiasi terkait kebijakan terbaru tarif impor Presiden Donald Trump.

Dino Patti Jalal

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho menuturkan, dibutuhkan tokoh yang profesional dan berpengalaman untuk posisi tersebut karena penting untuk memperjuangkan kepentingan nasional.

“Kita butuh sosok yang paham diplomasi ekonomi dan berpengalaman dalam lobi dagang. Ini bukan posisi simbolik, ini garis depan pertahanan perdagangan Indonesia,” ujarnya, di Jakarta, Kamis (4/4/2025).

Dilansir dari Antara, ia pun menyoroti posisi Dubes Indonesia untuk AS yang telah kosong selama hampir dua tahun, usai Rosan Roeslani menyelesaikan tugasnya pada 17 Juli 2023 usai ditunjuk menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Sudah hampir dua tahun kita tidak punya wakil di Washington, padahal Amerika Serikat mitra dagang kedua terbesar kita. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengabaian terhadap kepentingan nasional,” ujar Andry.

Ia menyatakan bahwa pemerintah perlu segera menunjuk duta besar yang memiliki rekam jejak kuat di bidang perdagangan dan investasi.

“Setiap hari tanpa perwakilan di Amerika Serikat adalah hari di mana posisi tawar kita melemah. Kita kehilangan momentum, kehilangan peluang, dan kehilangan kendali,” katanya.

Andry mengatakan bahwa kebijakan tarif tambahan sebesar 32 persen dari AS terhadap produk-produk Indonesia adalah ancaman serius terhadap sektor perdagangan dan tenaga kerja domestik.

Sebab bermacam produk dari industri padat karya, seperti tekstil, pakaian, dan alas kaki, menyumbang 27,5 persen dari total ekspor Indonesia ke AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI