Titik Nadir Gaza? UNRWA: Tak Ada Lagi Harapan, Pasokan Kemanusiaan Kritis

Tasmalinda Suara.Com
Senin, 07 April 2025 | 14:26 WIB
Titik Nadir Gaza? UNRWA: Tak Ada Lagi Harapan, Pasokan Kemanusiaan Kritis
UNRWA: tak ada lagi harapan, pasokan kemanusiaan kritis
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Ahad (6/4/2025) mengeluarkan peringatan keras mengenai memburuknya situasi di wilayah tersebut menyebut bahwa pasokan bantuan kemanusiaan dan komersial telah menipis drastis akibat blokade yang diberlakukan Israel.

Dalam pernyataannya melansir ANTARA, UNRWA mendesak agar blokade yang sudah berlangsung selama lebih dari sebulan ini segera dihentikan dan akses masuk ke Gaza kembali dibuka, guna mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.

UNRWA mengungkapkan bahwa sejak lebih dari sebulan terakhir, tidak ada bantuan kemanusiaan maupun pasokan komersial yang diizinkan masuk ke wilayah Gaza, memperparah penderitaan warga sipil yang sebelumnya sudah berada dalam kondisi sangat rentan akibat konflik yang berkepanjangan.

Meski tim UNRWA masih berupaya mendistribusikan bantuan dengan sisa sumber daya yang ada, mereka menegaskan bahwa stok kebutuhan pokok seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan semakin menipis dan akan segera habis jika tidak ada intervensi cepat.

Mereka menyatakan bahwa sistem layanan dasar sudah runtuh, dan tanpa pasokan tambahan, penderitaan jutaan penduduk sipil Gaza akan mencapai level yang tak dapat dibayangkan.

Anak-anak, perempuan, dan lansia menjadi kelompok paling rentan yang terdampak langsung dari krisis kemanusiaan ini.

UNRWA juga menyoroti tekanan luar biasa yang dialami oleh petugas kemanusiaan di lapangan.

Dengan fasilitas yang rusak dan logistik terbatas, mereka harus bekerja siang malam untuk mencoba menjangkau sebanyak mungkin warga yang membutuhkan.

Baca Juga: Lebih 50 Ribu Nyawa Melayang: Perempuan dan Anak Jadi Korban Mayoritas Agresi Israel

Namun upaya ini ibarat menambal lubang dalam kapal yang hampir tenggelam—jika bantuan dari luar tidak segera masuk, upaya penyelamatan bisa jadi sia-sia.

Desakan dari UNRWA juga menggema di tengah meningkatnya tekanan dari komunitas internasional agar Israel membuka kembali jalur distribusi bantuan, termasuk melalui Rafah dan Kerem Shalom.

Sejumlah negara dan organisasi kemanusiaan telah menyuarakan keprihatinan serupa dan mendesak PBB untuk mengambil tindakan lebih tegas dalam merespons krisis Gaza.

UNRWA juga menyerukan agar pengepungan oleh Israel segera dihentikan dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza kembali dilanjutkan.

Seorang anak duduk termenung diantara puing-puing bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara
Seorang anak duduk termenung diantara puing-puing bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Sabtu memperingatkan tentang bencana kemanusiaan lain di Jalur Gaza menyusul runtuhnya gencatan senjata bulan lalu.

Dalam sebuah pernyataan memperingati Hari Anak Palestina, UNRWA mengatakan runtuhnya gencatan senjata telah menyebabkan gelombang pengungsian lainnya yang berdampak pada lebih dari 142.000 orang hanya dalam rentang waktu 18 hingga 23 Maret.

“Sejak perang di Gaza dimulai, sekitar 1,9 juta orang – termasuk ribuan anak-anak – telah mengalami pengungsian paksa berulang kali di tengah gempuran bom, ketakutan, dan kehilangan,” lanjut pernyataan tersebut.

“Jana adalah salah satu dari mereka,” tambahnya, merujuk pada seorang anak yang sebelumnya mereka temui pada Agustus 2024 dan sekali lagi pada akhir Maret 2025. “Dia, dan semua anak-anak, membutuhkan #GencatanSenjataSekarang.”

Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret, menghancurkan gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan.

Lebih dari 50.600 warga Palestina telah terbunuh di wilayah kantong tersebut akibat serangan militer Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI