Menpar Sebut Pariwisata Bisa Jadi Penopang Ekonomi Indonesia Hadapi Tarif Trump

Senin, 07 April 2025 | 12:01 WIB
Menpar Sebut Pariwisata Bisa Jadi Penopang Ekonomi Indonesia Hadapi Tarif Trump
Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana. [Dok. Kemenpar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menekankan bahwa sektor pariwisata bisa menjadi alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat kebijakan tarif dagang yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada sejumlah negara. 

Sebelumnya diketahui, AS telah menetapkan biaya barang impor atau tarif resiprokal dari Indonesia senilai 32 persen, angka tersebut termasuk yang tinggi untuk negara-negara di Asia.

Merespons kebijakan Pemerintahan Donald Trump tersebut, Widiyanti meyakini bahwa Indonesia akan mampu mengoptimalisasi potensi besar pada sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama yang bebas dari hambatan perdagangan.

Menurut keyakinannya, sektor pariwisata tidak terdampak kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat.

"Ketika ekspor barang terkena tarif tinggi, kita harus melihat sektor lain yang bisa menjadi penyeimbang. Pariwisata adalah bentuk ekspor jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang," ujar Widiyanti dalam keterangannya, dikutip Senin (7/4/2025). 

Salah satu upaya yang bisa dilakukan Kemenpar dari sektor pariwisata, yakni dengan menarik lebih banyak wisatawan asing datang ke Indonesia.

"Dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, kita dapat menjaga stabilitas rupiah dan cadangan devisa," katanya.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut kemudian dibeberkan Menpar Widiyanti.

Hal tersebut bertujuan untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor pariwisata dengan memperhatikan tiga strategi utama dalam menghadapi dinamika perdagangan global yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini.

Baca Juga: Prabowo Perintahkan Kabinetnya 'Diam' Soal Kebijakan Tarif Trump, Kecuali 3 Menteri Ini

Pertama, pariwisata sebagai 'ekspor jasa' Penyeimbang. Widiyanti mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam, seni budaya, dan kreativitas masyarakat yang berpotensi inheren sangat tinggi.

Namun, menurutnya, persebaran 13,9 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia saat ini masih sangat terpusat di destinasi tertentu dan belum merata.

Memanfaatkan Peluang

Lantaran itu, ia meminta pelaku usaha pariwisata di seluruh daerah untuk bisa memanfaatkan peluang dari perubahan dinamika global untuk menggiatkan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia.

Selain itu, kesiapan destinasi, produk wisata, usaha pariwisata, tenaga kerja, hingga promosi yang terarah perlu diupayakan secara terintegrasi. 

Kemudian yang kedua, yakni optimalisasi UMKM dan ekonomi lokal penyedia jasa pariwisata.

Dalam konteks tersebut, Kemenpar mengingatkan bahwa seluruh pemangku kepentingan, potensi pariwisata Indonesia yang luas, tidak hanya terbatas di destinasi tertentu saja, tetapi juga dimulai dari kawasan perdesaan.

Menurutnya, hal tersebut bertujuan untuk mendistribusikan manfaat ekonomi secara merata dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor ekspor manufaktur yang kini mulai terkena dampak Tarif Trump.

Tempat Wisata di Labuan Bajo (pexels.com/@iqxazmi)
Tempat Wisata di Labuan Bajo (pexels.com/@iqxazmi)

Ketiga, fokus pada pengembangan 'high-quality tourism'. Dalam hal ini, pelaku usaha pariwisata di semua destinasi diminta tidak hanya mengejar jumlah kunjungan wisatawan saja.

Namun juga mengusahakan adanya pengalaman wisata yang berkualitas sehingga bisa menarik pengeluaran berwisata lebih tinggi.

Berdasarkan data historis yang dimiliki Kemenpar menunjukkan, bahwa segmen wisatawan yang rela mengeluarkan biaya untuk pengalaman wisata berkualitas relatif memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fluktuasi harga global. 

Kemenpar juga mengidentifikasi bahwa ruang bagi pelaku usaha pariwisata Indonesia untuk mengembangkan sejumlah langkah tersebut masih terbuka luas.

"Dengan langkah-langkah ini, saya optimistis bahwa sektor pariwisata tidak hanya mampu menopang perekonomian nasional di tengah tekanan eksternal, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai destinasi unggulan di kancah global," kata Widiyanti.

Untuk diketahui kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Oktober 2024 mencapai 11,6 juta kunjungan.

Kemudian wisatawan nusantara (wisnus), jumlah pergerakan pada Januari hingga Oktober 2024 mencapai 839,4 juta perjalanan dan diyakini akan bertumbuh hingga akhir tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI