Suara.com - Gempa bumi berkekuatan 5,0 magnitudo mengguncang wilayah dekat Mandalay, Myanmar, pada Selasa, menurut laporan dari Pusat Seismologi Eropa-Mediterania (EMSC).
Getaran yang terjadi sekitar 16 kilometer barat daya Mandalay ini sempat menghebohkan warga di kota berpenduduk lebih dari 1,2 juta jiwa.
Laporan dari EMSC yang dipublikasikan melalui platform X menyebutkan bahwa pusat gempa berada pada kedalaman sekitar 35 kilometer di bawah permukaan bumi.
Meskipun gempa ini memiliki kekuatan sedang, getarannya dirasakan cukup kuat di beberapa wilayah sekitar, membuat warga yang tengah menjalani aktivitas harian mereka sempat panik dan berhamburan keluar dari rumah dan bangunan.
Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau kerusakan signifikan yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.
Namun, otoritas setempat masih terus memantau situasi dan melakukan pengecekan di berbagai titik yang berpotensi terdampak.
Melansir ANTARA, Myanmar, yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik, memang kerap mengalami aktivitas seismik yang cukup tinggi.
Para ahli memperingatkan bahwa wilayah ini masih berisiko mengalami gempa susulan, meskipun kecil kemungkinannya untuk menimbulkan dampak besar.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna mengantisipasi kemungkinan situasi darurat.
Baca Juga: Myanmar Berkabung: 7 Hari Masa Berkabung Nasional Usai Gempa Dasyat
Pemerintah Myanmar secara resmi mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari sebagai bentuk penghormatan bagi para korban gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara tersebut.

Dalam periode berkabung ini, bendera nasional dikibarkan setengah tiang sebagai simbol duka cita mendalam atas tragedi yang telah merenggut banyak nyawa serta menyebabkan kerusakan besar di berbagai wilayah.
Langkah ini mencerminkan solidaritas nasional dan empati terhadap keluarga korban serta mereka yang terdampak, sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah dalam menangani dampak bencana dengan serius.
Selain itu, berbagai upaya tanggap darurat juga terus dilakukan, termasuk evakuasi korban, distribusi bantuan kemanusiaan, dan rekonstruksi infrastruktur yang rusak.
Masyarakat Myanmar, bersama dengan komunitas internasional, turut bersatu dalam memberikan dukungan, baik dalam bentuk materi maupun doa, demi membantu proses pemulihan pascagempa.
Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025 telah menyebabkan jumlah korban tewas meningkat drastis menjadi 2.719 orang, dengan 4.521 lainnya mengalami luka-luka dan lebih dari 400 orang dilaporkan hilang.
Kota Mandalay menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak, dengan banyak bangunan yang hancur dan infrastruktur yang rusak parah.
Upaya penyelamatan terus dilakukan, namun tantangan besar dihadapi akibat kerusakan jalan dan jembatan yang menghambat akses ke daerah-daerah terdampak.
Pemerintah Myanmar telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari sebagai bentuk penghormatan kepada para korban. Selama periode ini, bendera nasional dikibarkan setengah tiang.
Gempa ini merupakan yang terkuat di Myanmar dalam lebih dari satu abad, dengan episentrum terletak di dekat Sagaing, sekitar Mandalay.
Selain korban jiwa, gempa juga menyebabkan kerusakan signifikan pada pagoda kuno dan bangunan modern.
Situasi semakin diperparah dengan adanya perang sipil yang sedang berlangsung di negara tersebut, yang mempersulit distribusi bantuan kemanusiaan.
Banyak penyintas yang kini menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan tempat tinggal yang layak.
Meskipun upaya penyelamatan terus dilakukan, harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin menipis seiring berjalannya waktu.
Risiko wabah penyakit juga meningkat akibat infrastruktur sanitasi yang rusak.
Komunitas internasional telah mulai mengirimkan bantuan, namun tantangan logistik dan akses ke daerah terdampak membuat distribusi bantuan menjadi sulit.
Tragedi ini menyoroti kebutuhan mendesak akan kesiapsiagaan bencana dan infrastruktur yang lebih baik di wilayah yang rentan terhadap gempa bumi.
Melansir ANTARA, sejumlah negara, termasuk Indonesia, Rusia, India, China, Thailand, Uni Emirat Arab, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah mengirimkan tim khusus pencarian dan penyelamatan untuk membantu Myanmar dalam upaya evakuasi korban gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara itu.