"Situasi kami dengan Iran adalah bahwa sesuatu akan segera terjadi ... Semoga kami bisa mencapai kesepakatan damai," ujarnya. "Saya lebih memilih kesepakatan damai daripada opsi lain, tetapi opsi lain akan menyelesaikan masalah."
Menurut sumber CNN, surat tersebut disampaikan oleh utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, kepada Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, saat kunjungannya ke Abu Dhabi pekan lalu, dan UEA kemudian meneruskannya kepada Iran.
Pada Mei 2018, di masa jabatan pertamanya, AS menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), sebuah kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam negara besar. Trump kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, yang mendorong negara itu untuk mengurangi beberapa komitmen nuklirnya.
Menanggapi desakan terbaru Trump untuk melakukan negosiasi, Khamenei menyatakan bahwa tekanan dari negara-negara "perundung" untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran "bukan untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk mendominasi dan memaksakan kehendak mereka," sebagaimana dilaporkan oleh media pemerintah Iran.

Tanggapan Iran
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa Iran akan segera memberikan tanggapan atas surat yang dikirim Trump mengenai isu nuklir dua minggu lalu.
Sebelumnya, pada Rabu (19/3), Axios melaporkan, berdasarkan beberapa sumber, bahwa surat Trump kepada Ali Khamenei mencantumkan tenggat waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir baru.
"Dia (Trump) telah mengirim surat, dan surat itu akan dijawab sebagaimana mestinya... Jawabannya akan diberikan dalam beberapa hari ke depan," ujar Araghchi dalam pidatonya pada perayaan tahun baru 1404 dalam kalender Iran.
Araghchi menyebut bahwa surat Trump lebih bersifat "mengancam," tetapi juga mencakup beberapa "peluang." Ia menegaskan kembali bahwa Teheran tidak akan terlibat dalam negosiasi langsung dengan Washington selama masih ada tekanan, ancaman, dan sanksi yang berlaku.
Baca Juga: Segini Gaji Kelas Menengah di Amerika Serikat, Minat Ganti Paspor?