Namun, hingga kini, upaya diplomasi ini belum membuahkan hasil signifikan, karena Israel tetap melanjutkan operasinya dengan dalih membela diri dan menumpas kelompok bersenjata di Gaza.
Meskipun tekanan dari komunitas internasional semakin meningkat, agresi Israel terhadap Gaza masih berlangsung dengan intensitas tinggi.
![Warga Palestina mengunjungi kerabat mereka yang tewas akibat serangan tentara Israel selama perang [ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/31/49518-warga-palestina-mengunjungi-kerabat-mereka-yang-tewas-akibat-serangan-tentara-israel.jpg)
Serangan udara, artileri, dan operasi darat terus terjadi, menyebabkan ribuan korban jiwa dan kehancuran besar-besaran di wilayah tersebut.
Sejumlah laporan dari organisasi kemanusiaan menunjukkan bahwa blokade terhadap Gaza semakin memperburuk krisis kemanusiaan, dengan banyak warga yang kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Bahkan, fasilitas kesehatan pun ikut menjadi target serangan, membuat rumah sakit di Gaza kesulitan merawat korban yang terus berdatangan.
Negara-negara Eropa, termasuk Prancis, Jerman, dan Inggris, telah menyerukan gencatan senjata segera agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan.
Namun, Israel tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan serangannya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru berulang kali menegaskan bahwa operasi militernya akan terus berlanjut hingga semua target strategis yang mereka tetapkan tercapai.
Sikap ini semakin memperburuk ketegangan di kancah internasional, di mana banyak negara mulai mempertanyakan komitmen Israel terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.
Baca Juga: Duka di Hari Fitri: Israel Gempur Gaza di Hari Pertama Lebaran
Di tengah ketegangan yang terjadi, seruan Macron kepada Netanyahu menjadi bagian dari upaya diplomatik yang lebih luas untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya dan mencari solusi damai melalui jalur diplomasi.