Kala itu, Katie tiba-tiba terjatuh dan tersungkur ke tanah dan matanya berputar ke belakang kepalanya.
Teman-temannya awalnya mengira kejadian itu sebagai stroke, mereka kemudian memanggil ambulans, tetapi ternyata sudah terlambat.
"Ia tidak mendapatkan oksigen terlalu lama dan itu menyebabkan kerusakan otak. Mereka menanganinya selama tiga jam, dan ia tidak pernah bangun," kata Barranon.
Setelah 10 hari dalam keadaan koma yang diinduksi secara medis, kejangnya semakin parah. Keluarganya pun harus membuat keputusan yang memilukan untuk mencabut alat bantu hidupnya.
"Dokter mengatakan mereka melihat hal ini sering terjadi pada orang-orang yang banyak mengonsumsi minuman pra-olahraga atau minuman berenergi, tetapi mereka tidak akan menyebutkan penyebab kematiannya. Saya tahu pasti itulah yang salah dengannya," kata Barranon.
Kendati demikian sang ibu tidak menyebut dengan jelas merek atau jenis minuman berenergi yang dikonsumsi anaknya.
![Ilustrasi minuman berenergi. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/27/72015-ilustrasi-minuman-berenergi-ist.jpg)
Minuman Berenergi: Manfaat, Risiko, dan Fakta yang Perlu Diketahui
Minuman berenergi telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama bagi mereka yang membutuhkan dorongan energi instan.
Produk ini banyak dikonsumsi oleh atlet, pekerja kantoran, hingga mahasiswa yang membutuhkan stamina tambahan. Namun, di balik manfaatnya, minuman berenergi juga memiliki risiko yang perlu diperhatikan.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar Alas Kaki: Koleksi Ikonik ini Terinspirasi dari Minuman Soda Italia
Apa Itu Minuman Berenergi?