Airlangga Bantah Perputaran Uang Saat Lebaran Alami Penurunan: Cenderung Moderat

Rabu, 26 Maret 2025 | 19:13 WIB
Airlangga Bantah Perputaran Uang Saat Lebaran Alami Penurunan: Cenderung Moderat
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menepis isu mundur dari kabinet Prabowo. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Airlangga Hartarto membantah perputaran uang di momen Lebaran mengalami penurunan, imbas jumlah pemudik yang juga turun pada tahun ini.

Airlangga Hartarto menegaskan perputaran uang tidak mengalami penurunan lantaram banyak program, termasuk bantuan sosial atau bansos yang masih berjalan.

"Tidak menurun karena banyak program dan juga bansosnya kan sudah jalan juga," kata Airlangga di komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (25/3/2025).

Airlangga mengatakan pihaknya sudah memiliki hitung-hitungan terhadap perputaran uang saat momen Hari Raya Idulfitri 1446 H. Ia menegaskan perputaran uang pada Lebaran tahun ini cenderung moderat.

"Moderat," ucapnya.

Airlangga enggan membandingkan data perputaran uang pada Lebaran tahun ini dan tahun sebelumnya. Sebab menurut dia kondisi 2024 dan 2025 berbeda. Mengingat pada tahun lalu ada momen pemilihan umum.

"Lebaran tahun sebelumnya ada Pilpres dan Pileg, jadi berbeda," kata Airlangga.

Fundamental Ekonomi Kuat

Airlangga memastikan fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Hal itu ia tegaskan menanggapi nilai tukar Rupiah yang tengah mengalam tekanan.

Baca Juga: Rupiah Anjlok dan IHSG Rontok, Menko Airlangga: Fundamental Ekonomi Kuat, Nanti Rebound Lagi

Selain fundamental ekonomi yang kuat, Airlangga berujar kondisi pasar kekinian sudah mulai rebound.

"Iya kan ini harian nanti kita lihat. Kan fundamental ekonomi kuat terus pasar juga sudah rebound. Kemarin ekspetasi mengenai RUPS mandiri dan RUPS BRI kan baik outcome-nya," kata Airlangga di komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Airlangga mengatakan naik dan turunnha nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan hal yang biasa. Adapun ia melihat ada faktor sentimental luar yang menjadi faktor.

"Kita sudah melihat tentu masih ada beberapa faktor sentimental luar," kata Airlangga.

Sementara itu perihal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun, Airlangga berkeyakinan perlahan akan kembali naik.

"Ya nanti rebound lagi," kata Airlangga.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memastikan fundamental ekonomi masih terjaga baik. Hal ini terlihat dengan data inflasi serta pertumbuhan ekonomi masih terjaga di tahun ini.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tidak jelek meskipun IHSG dan nilai tukar Rupiah mengalami tekanan.

"IHSG turun drastis dan nilai tukar rupiah. Seakan-akan ekonomi jelek. Padahal enggak jelek. Fundamental ekonomi kita lebih bagus," kata Solikin dalam Taklimat Media, Rabu (26/3/2025).

BI pun memastikan bahwa pelemahan Rupiah yang menembus Rp16.600 ini masih jauh dari krisis. Hal ini dikarenakan terlihatnya IHSG yang mulai rebound sehingga membuat aliran modal asing masuk kembali.

"Saya benar afirmasi ini masih jauh. Kita harus monitor dan kita carikan solusinua. Dan kita lihat lagi saham rebound lagi inflow datang dan rupiah baik", katanya.

Dia menekankan BI terus kawal menjaga dan memonitor kebijakan dari pasar dan mengawal mekanisme koordiansi kebijakan dengan pemerintah.

"Jadi kondisi yang terjadi totally kita belajar dari krisis. Kita perkuat regulasi lalu perkuat kominikasi desain kebijakannya lebih prudent kita kawal," bebernya.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga baik di tengah ketidakpastian yang masih tinggi. Konsumsi rumah tangga tetap baik meskipun perlu terus didorong guna memanfaatkan keyakinan konsumen yang terjaga, dukungan belanja Pemerintah terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan belanja sosial.

Serta peningkatan musiman permintaan menjelang perayaan Idulfitri 1446 H. Investasi swasta juga perlu makin ditingkatkan guna mengoptimalkan keyakinan produsen yang tecermin pada Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang ekspansif, terutama pada meningkatnya volume pesanan.

Dari eksternal, ekspor nonmigas meningkat pada Februari 2025 ditopang terutama komoditas minyak kelapa sawit dan kendaraan bermotor.

Secara sektoral, lapangan usaha pertanian diprakirakan meningkat didorong panen raya, sedangkan sektor pertambangan dan industri pengolahan melambat dipengaruhi permintaan eksternal yang menurun.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2025 tetap baik dalam kisaran 4,7-5,5%. Ke depan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakannya untuk tetap menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi transaksi pembayaran terus dioptimalkan sehingga bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia juga terus mendukung penuh implementasi program Asta Cita Pemerintah, termasuk untuk pembiayaan ekonomi, digitalisasi, serta hilirisasi dan ketahanan pangan.

Lalu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik dan mendukung ketahanan eksternal. Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Februari 2025 sebesar 3,1 miliar dolar AS, setelah pada Januari 2025 mencatat surplus 3,5 miliar dolar AS. Sementara itu, aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik membaik pada Maret 2025.

Aliran modal asing ke SBN dan SRBI pada Maret 2025 (hingga 17 Maret 2025), mencatat net inflows masing-masing sebesar 0,2 miliar dolar AS dan 0,1 miliar dolar AS sejalan imbal hasil yang menarik dan prospek perekonomian yang tetap baik.

Sementara itu, aliran modal ke saham selama Maret 2025 mencatat net outflows 0,3 miliar dolar AS sejalan dengan perkembangan di pasar saham regional.

Dengan perkembangan ini, investasi portofolio 2025 sejak awal tahun hingga 17 Maret 2025, mencatat net inflows 0,8 miliar dolar AS didorong inflows pada SBN dan SRBI.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2025 tetap tinggi sebesar 154,5 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Secara keseluruhan, defisit NPI pada 2025 diprakirakan tetap sehat seiring dengan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut didukung imbal hasil investasi yang tetap menarik dan defisit transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI