Suara.com - Beredar informasi salah yang menyebutkan garam Himalaya bisa meredakan asam lambung. Kabar itu beredar di media sosial (Medsos) X pada Rabu (12/03/2024) lalu.
Per Senin (24/03/2025) kemarin, konten tersebut telah mendapatkan 8 suka dan sudah ditonton 532 kali.
Akun X “blue_berets7” pada Rabu (12/03/2024) mengunggah foto [arsip] disertai narasi:
“Isep garam himalaya taruh dibawah lidah untuk mengurangi asam lambung”
Pemeriksaan Fakta
Melansir dari Turnbackhoax.id, tim pemeriksa fakta pertama-tama menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan kata kunci “meredakan asam lambung dengan menggunakan garam himalaya” ke mesin pencarian Google.
Hasilnya, ditemukan artikel kompas.com berjudul “Konsumsi Garam untuk Penderita Asam Lambung, Bagaimana Baiknya?”.
Dilansir dari artikel yang tayang Agustus 2020 itu, sebuah studi di Norwegia menemukan bahwa responden yang sering menambahkan garam meja ke makanan memiliki risiko 70% lebih tinggi mengalami asam lambung naik dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, yang berpotensi meningkatkan berat badan.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah PDIP di Balik Aksi Indonesia Gelap?
Obesitas sendiri merupakan salah satu faktor risiko utama untuk gastroesophageal reflux disease (GERD), yaitu kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala seperti nyeri ulu hati.
Sementara itu, dilansir dari artikel alodokter.com yang ditinjau dr. Gracia Fensynthia yang tayang September 2024, masyarakat dapat mengatasi asam lambung naik dengan cara:
- melonggarkan pakaian yang ketat,
- menegakkan posisi tubuh,
- meninggikan posisi kepala saat tidur,
- berbaring menghadap ke kiri
Unggahan berisi klaim “garam himalaya bisa meredakan asam lambung” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
![Ilustrasi garam Himalaya, mitosnya bisa meredakan asam lambung. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/25/40673-ilustrasi-garam-himalaya-mitosnya-bisa-meredakan-asam-lambung-ist.jpg)
Apa itu Garam Himalaya?
Garam Himalaya adalah jenis garam kristal berwarna merah muda yang ditambang dari Pegunungan Himalaya, terutama di wilayah Pakistan.
Garam ini sering diklaim memiliki kandungan mineral yang lebih kaya dibandingkan garam meja biasa, karena mengandung sejumlah kecil mineral seperti magnesium, kalsium, dan kalium.
Manfaat Garam Himalaya
Beberapa klaim manfaat garam Himalaya yang sering disebutkan meliputi:
- Menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh
- Meningkatkan hidrasi
- Membantu detoksifikasi tubuh
- Meningkatkan kualitas tidur
- Mengurangi kram otot
Meskipun garam Himalaya memang mengandung berbagai mineral, jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan harian manusia. Oleh karena itu, manfaatnya tidak jauh berbeda dengan garam biasa.
Mitos dan Fakta
Banyak mitos soal manfaat garam himalaya. Salah satunya soal meredakan asam lambung. Berikut beberapa mitos dan fakta tersebut:
- Mitos: Garam Himalaya Bisa Meredakan Asam Lambung
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa garam Himalaya dapat mengatasi asam lambung. Justru, konsumsi garam berlebihan bisa meningkatkan risiko naiknya asam lambung karena dapat menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan tekanan di dalam perut. - Mitos: Garam Himalaya Lebih Sehat dari Garam Biasa
Fakta: Kandungan mineral dalam garam Himalaya memang lebih banyak dibandingkan garam meja biasa, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil sehingga manfaat kesehatannya tidak signifikan. - Mitos: Garam Himalaya Bisa Mengurangi Tekanan Darah
Fakta: Sama seperti garam lainnya, garam Himalaya mengandung natrium yang dapat meningkatkan tekanan darah jika dikonsumsi berlebihan.
Garam Himalaya memang memiliki tampilan yang menarik dan mengandung beberapa mineral tambahan, tetapi manfaat kesehatannya tidak jauh berbeda dari garam biasa.
Klaim bahwa garam Himalaya dapat meredakan asam lambung atau memiliki efek kesehatan luar biasa perlu dikritisi dan tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Oleh karena itu, konsumsi garam, baik Himalaya maupun garam biasa, tetap perlu dibatasi sesuai anjuran kesehatan untuk menghindari risiko kesehatan seperti hipertensi dan gangguan pencernaan.