Sementara itu, serangan Rusia terhadap Ukraina tidak hanya terjadi di Odesa.
Pada Jumat (22/3/2025), Rusia dan Ukraina saling menuduh melakukan serangan terhadap stasiun pemompaan dan pengukuran gas utama di wilayah Kursk yang baru-baru ini direbut kembali oleh pasukan Moskow.
Rusia menuding Ukraina melakukan aksi terorisme dengan meledakkan fasilitas itu, sementara Kyiv membantah keterlibatan dan menyatakan bahwa pasukan Rusia sendiri yang menembaki fasilitas tersebut sebagai provokasi.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

Washington berharap bisa mencapai gencatan senjata sebagian yang akan menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi oleh kedua belah pihak.
Namun, Rusia menolak usulan gencatan senjata 30 hari yang lebih luas, meski menyetujui moratorium serangan terhadap infrastruktur energi.
Dalam serangan yang berlangsung semalam, Rusia meluncurkan total 214 pesawat nirawak ke berbagai wilayah di Ukraina.
Angkatan Udara Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 114 drone, sementara 81 lainnya “hilang”, istilah yang digunakan untuk drone yang dinetralisir menggunakan sistem perang elektronik.
Presiden Ceko, Petr Pavel, dikenal sebagai pendukung vokal Ukraina dalam melawan invasi Rusia.
Baca Juga: Utusan AS Klaim Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Mungkin Tercapai dalam Hitungan Minggu!
Ia telah memimpin berbagai upaya internasional untuk memberikan bantuan militer kepada Kyiv, termasuk mendorong pengiriman lebih dari satu juta peluru artileri ke medan perang.