Israel Gelar Latihan Militer di Golan, Ledakan Menggema: Tanpa Ancaman?

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Jum'at, 21 Maret 2025 | 15:09 WIB
Israel Gelar Latihan Militer di Golan, Ledakan Menggema: Tanpa Ancaman?
Ilustrasi pasukan Israel. ANTARA FOTO/Ayal Margolin/Xinhua/Spt.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Militer Israel berencana untuk melaksanakan latihan militer pada Kamis di Dataran Tinggi Golan Suriah, yang telah dikuasai oleh rezim Zionis sejak tahun 1967.

Dalam pernyataannya, Angkatan Darat Israel mengungkapkan bahwa mereka akan memobilisasi lebih banyak tentara dan kendaraan di kawasan tersebut untuk keperluan latihan.

"Diperkirakan akan ada banyak ledakan yang dapat didengar," demikian bunyi pernyataan tersebut, namun menekankan bahwa "tidak ada ancaman keamanan."

Ilustrasi militer Israel (Shutterstock).
Ilustrasi militer Israel (Shutterstock).

Setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad, Israel telah memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan Suriah dengan mengambil alih zona penyangga demiliterisasi.

Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap perjanjian pelepasan tahun 1974 dengan Suriah.

Selain itu, Israel juga dilaporkan melakukan ratusan serangan udara yang menargetkan lokasi dan aset militer Suriah, termasuk jet tempur, sistem rudal, dan instalasi pertahanan udara.

Bashar al-Assad, yang telah memimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim berhasil menguasai Damaskus pada 8 Desember 2024.

Peristiwa tersebut menandai berakhirnya era rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak tahun 1963. Ahmed al-Sharaa, yang memimpin pasukan anti-rezim untuk menggulingkan Assad, kemudian ditunjuk sebagai presiden untuk masa transisi pada akhir Januari 2025.

Rencana Israel bangun pemukiman

Baca Juga: Hamas Balas Dendam: Roket Hantam Tel Aviv! Israel Tingkatkan Serangan di Gaza

Pemerintah Israel pada Minggu (15/12) telah menyetujui wacana untuk memperluas permukiman di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang saat ini diduduki oleh Israel, menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Rencana yang bernilai 10,81 juta dolar AS (dengan kurs 1 dolar AS = Rp15.939) itu disetujui secara bulat oleh kabinet dan diusulkan "mengingat perang dan front baru dengan Suriah," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan populasi Israel di Dataran Tinggi Golan, termasuk membangun desa pelajar, program pengembangan untuk mengintegrasikan penduduk baru, serta inisiatif untuk memperkuat sistem pendidikan dan infrastruktur energi terbarukan.

"Memperkuat Golan sama artinya dengan memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya (Dataran Tinggi Golan), mengembangkan daerah ini, dan menetap di dalamnya," kata Netanyahu di awal rapat kabinet yang membahas rencana tersebut.

Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu. [ANTARA/Anadolu/Abdülhamid Hoba]
Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu. [ANTARA/Anadolu/Abdülhamid Hoba]

Israel mengambil sebagian Dataran Tinggi Golan dalam perang 1967 dan mencaplok wilayah itu, meskipun mendapat kecaman internasional.

Setelah jatuhnya pemerintahan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 8 Desember, Israel menguasai zona penyangga yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang merupakan wilayah demiliterisasi yang dibentuk pada 1974 berdasarkan perjanjian gencatan senjata Israel-Suriah.

Pasukan Israel juga menguasai sebuah pos terdepan milik militer Suriah dan mendirikan posisi di puncak Gunung Hermon di Golan. Pada saat yang sama, Israel semakin intensif melancarkan serangan udara terhadap aset militer Suriah di berbagai lokasi di Suriah dengan dalih untuk mencegah senjata tersebut "jatuh ke tangan elemen teroris."

Tindakan militer Israel ini mendapat kecaman dari negara-negara di kawasan dan memicu seruan dari masyarakat internasional agar Israel menghormati kedaulatan Suriah.

Pemerintah Israel pada hari Minggu menyetujui rencana untuk menggandakan jumlah penduduknya di Dataran Tinggi Golan setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan langkah itu diperlukan karena "front baru" telah terbuka di perbatasan Israel dengan Suriah, setelah aliansi pemberontak yang dipimpin kaum Islamis merebut kekuasaan di negara Timur Tengah itu.

"Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan itu sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, membuatnya berkembang, dan menetap di sana," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Dataran Tinggi Golan adalah wilayah seluas 1.800 kilometer persegi di perbatasan Israel-Suriah. Israel merebut sebagian besar dataran tinggi strategis itu dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967, dan mencaploknya pada tahun 1981. Meskipun hanya sekitar dua pertiga dari apa yang dikenal sebagai Dataran Tinggi Golan berada di bawah kendali Israel, Israel mengelola titik-titik yang paling strategis.

Dataran Tinggi Golan dihuni oleh 24.000 orang Druze, minoritas Arab yang mempraktikkan aliran Islam, yang sebagian besar mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah, menurut analis Avraham Levine dari Alma Research and Education Center.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI