CEK FAKTA: Benarkah Ijazah dan Skripsi Joko Widodo Palsu?

Muhammad Yunus Suara.Com
Jum'at, 21 Maret 2025 | 14:02 WIB
CEK FAKTA: Benarkah Ijazah dan Skripsi Joko Widodo Palsu?
Skripsi Presiden RI ke-7, Joko Widodo [Suara.com/Humas UGM dan Koleksi Dok. Frono Jiwo]
cek fakta hoaks

Hoaks!

Berdasarkan verifikasi Suara.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini, media sosial kembali dihebohkan dengan klaim dari Rismon Hasiholan Sianipar.

Mantan dosen Universitas Mataram, yang meragukan keaslian ijazah dan skripsi Presiden RI ke-7, Joko Widodo.

Rismon berargumen bahwa sampul skripsi dan lembar pengesahan Joko Widodo menggunakan font Times New Roman.

Menurutnya belum tersedia pada era 1980-an hingga 1990-an.

Klaim ini menimbulkan polemik di kalangan netizen, dengan sebagian meragukan informasi tersebut.

Sementara yang lain percaya karena dibalut dengan analisis forensik digital.

Klarifikasi dari UGM

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menyesalkan pernyataan yang menyesatkan tersebut.

Ia menegaskan bahwa sebagai seorang akademisi, Rismon seharusnya mengedepankan metode penelitian yang baik.

Baca Juga: Cek Fakta: Haris Azhar Ajak Masyarakat Blokir Podcast Bocor Alus Politik Tempo

Dan membandingkan dengan ijazah serta skripsi lain yang diterbitkan pada tahun yang sama di Fakultas Kehutanan.

Terkait penggunaan font Times New Roman, Sigit menjelaskan bahwa pada saat itu, mahasiswa sudah umum menggunakan font serupa.

Untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di percetakan sekitar kampus UGM, seperti Prima dan Sanur.

Seluruh isi skripsi Joko Widodo tetap diketik menggunakan mesin ketik.

Sementara itu, terkait nomor seri ijazah yang disebut tidak menggunakan klaster, Sigit menegaskan bahwa sistem penomoran ijazah di masa itu bervariasi tergantung fakultas.

Fakultas Kehutanan UGM memiliki kebijakan sendiri dalam penomoran, dan sistem yang digunakan pada ijazah Joko Widodo berlaku untuk seluruh lulusan fakultas tersebut pada masa itu.

Kesaksian Rekan Seangkatan

Frono Jiwo, teman seangkatan Joko Widodo di Fakultas Kehutanan UGM, membantah klaim Rismon.

Ia menegaskan bahwa format ijazahnya sama dengan yang dimiliki Joko Widodo, kecuali pada nomor kelulusan.

Ia juga mengingat bahwa sampul dan lembar pengesahan skripsi banyak dicetak di percetakan, sementara isi skripsi tetap diketik manual.

Selain itu, Frono juga menegaskan bahwa Joko Widodo benar-benar kuliah di UGM, aktif dalam kegiatan mahasiswa.

Bahkan pernah bekerja bersamanya di PT Kertas Kraft Aceh sebelum akhirnya mengundurkan diri.

Pandangan Ahli Hukum

Guru Besar Hukum Pidana UGM, Marcus Priyo Gunarto, menegaskan bahwa tuduhan pemalsuan ijazah harus bisa dibuktikan secara hukum.

Ada dua kategori pemalsuan dalam hukum pidana, yaitu "membuat palsu" (dokumen yang tidak pernah ada sebelumnya) dan "memalsukan" (dokumen asli yang diubah).

Berdasarkan data UGM, dokumen-dokumen Joko Widodo memiliki bukti pendukung seperti daftar mata kuliah, berita acara yudisium, dan arsip akademik lainnya yang membuktikan bahwa ia benar-benar kuliah dan lulus dari Fakultas Kehutanan UGM.

Kesimpulan

Berdasarkan klarifikasi dari UGM, kesaksian teman seangkatan, serta analisis hukum, klaim yang menyebut ijazah dan skripsi Joko Widodo palsu tidak memiliki dasar yang kuat.

Informasi yang disebarkan oleh Rismon Hasiholan Sianipar bersifat menyesatkan dan tidak didukung oleh bukti akademik maupun hukum yang valid.

Oleh karena itu, klaim ini dapat dikategorikan sebagai disinformasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

UGM Sesalkan Berita Hoaks

Mengutip dari Humas UGM, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menyesalkan adanya informasi yang menyesatkan yang disampaikan Rismon. Apalagi mantan dosen ini merupakan alumnus dari Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, Jumat (21/3) di Kampus UGM.

Sigit menyampaikan sebagai seorang dosen seharusnya Rismon dalam menyimpulkan suatu informasi harus didasarkan pada fakta dan metode penelitian yang baik. Menurut Sigit, seharusnya Rismon tidak hanya menampilkan ijazah dan skripsi Joko Widodo saja yang ditelaah namun harus juga melakukan perbandingan dengan ijazah dan skripsi yang diterbitkan pada tahun yang sama di Fakultas Kehutanan.

Soal penggunaan Font Time New Roman pada sampul skripsi dan ijazah seperti yang dituduhkan oleh Rismon dianggap meragukan keaslian dokumen, Sigit menegaskan bahwa di tahun itu sudah jamak mahasiswa menggunakan font time new roman atau huruf yang hampir mirip dengannya, terutama untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan.

Bahkan di sekitaran kampus UGM itu sudah ada percetakan seperti Prima dan Sanur (sudah tutup-red) yang menyediakan jasa cetak sampul skripsi.

“Fakta adanya mesin percetakan di sanur dan prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” tegasnya.

Seperti diketahui, sampul dan lembar pengesahan skripsi Joko Widodo dicetak di percetakan, namun seluruh isi tulisan skripsinya setebal 91 halaman tersebut masih menggunakan mesin ketik.

“Ada banyak skripsi mahasiswa yang menggunakan sampul dan lembar pengesahan dengan mesin percetakan,” katanya.

Soal nomor seri ijazah Joko Widodo yang disebut tidak menggunakan klaster namun hanya angka saja, Sigit menuturkan soal penomoran ijazah di masa itu, Fakultas Kehutanan memiliki kebijakan sendiri dan belum ada penyeragaman dari tingkat universitas.

Penomoran tersebut tidak hanya berlaku pada ijazah Joko Widodo namun berlaku pada semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan.

“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” katanya.

Sigit sekali lagi menyesalkan tuduhan Rismon lewat konten video yang meragukan ijazah dan skripsi Joko Widodo yang dianggap meragukan. Seolah-olah Ijazah Joko Widodo yang diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada adalah palsu.

“Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik beliau, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Senat Fakultas Kehutanan, San Afri Awang. Dirinya menyesalkan informasi sesat yang disampaikan oleh oknum dosen tersebut.

San Afri mengaku punya pengalaman sendiri soal penggunaan font time new roman di sampul skripsi.

“Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” kata kakak angkatan Joko Widodo ini.

Meski begitu, kata San Afri, tidak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan memilih mencetak sampul di jasa percetakan. Ada juga mahasiswa yang memilih mencetak sampul dan lembar pengesahan menggunakan tulisan dari mesin ketik.

”Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik,” kenangnya.

Sekali lagi, San Afri Awang tidak habis pikir masih adanya kelompok atau pribadi yang menyerang institusi UGM yang menyebutkan bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah palsu.

Isu tersebut menurutnya semakin liar dengan ditambahkan analisis yang tidak sesuai fakta. Ia yakin, pihak yang menghembuskan informasi hoax ini hanya untuk mencari sensasi semata.

“Dia (Joko Widodo) lulus dari sini dan buktinya ada kok,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI