Suara.com - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, mengungkapkan pada hari Kamis bahwa mereka masih berdialog dengan para mediator untuk menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza dan memastikan pelaksanaan perjanjian gencatan senjata di daerah tersebut.
Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou, menyatakan, "Kami sedang bernegosiasi dengan para mediator untuk menghentikan agresi terhadap bangsa kami dan mendorong pendudukan (Israel) agar mematuhi perjanjian gencatan senjata."

Ia menekankan kembali komitmen Hamas terhadap kesepakatan gencatan senjata di Gaza, menambahkan, "Kami berkolaborasi dengan mediator untuk melindungi rakyat kami dari perang secara permanen dan memastikan penarikan pendudukan dari Jalur Gaza.”
Al-Qanou juga meminta Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengambil "tindakan segera demi menyelamatkan rakyat kami dari genosida, mencegah kelaparan, dan mengakhiri blokade."
Sejak hari Selasa, lebih dari 700 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 900 lainnya terluka akibat serangan udara mendadak yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Serangan ini telah merusak perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah berlangsung sejak Januari.
Sejak Oktober 2023, hampir 50.000 warga Palestina – umumnya wanita dan anak-anak – telah terbunuh, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka akibat serangan militer Israel yang brutal di Gaza.
Pada bulan November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, berkaitan dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait konflik di wilayah tersebut.
Serangan balasan Hamas
Kelompok militan Hamas, yang sebelumnya tidak memberikan respons selama 48 jam pertama serangan Israel, akhirnya melancarkan serangan balasan dengan menembakkan roket ke wilayah Israel.
Baca Juga: Yerusalem Memanas, Ribuan Turun ke Jalan Tuding Netanyahu Politisasi Perang: Darah di Tanganmu!
Militer Israel mengonfirmasi bahwa sirene peringatan berbunyi di pusat negara itu setelah proyektil ditembakkan dari Gaza.
Meski begitu, Hamas tampaknya masih dalam kondisi lemah setelah serangkaian serangan Israel dalam beberapa hari terakhir.
Selain menimbulkan ratusan korban sipil, serangan ini juga menewaskan beberapa tokoh utama Hamas, termasuk kepala pemerintahan de facto Hamas di Gaza, kepala dinas keamanan, ajudannya, serta wakil kepala kementerian kehakiman.
Namun, seorang pejabat dari salah satu kelompok militan yang bersekutu dengan Hamas mengatakan bahwa para pejuang telah disiagakan dengan ketat, menunggu instruksi lebih lanjut.
Para pemimpin kelompok militan juga diinstruksikan untuk menghindari penggunaan telepon seluler guna mencegah pelacakan oleh intelijen Israel.
Hamas mengecam operasi darat Israel sebagai pelanggaran berbahaya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian tersebut dan meminta para mediator internasional untuk segera bertindak guna menghentikan serangan Israel.
Sementara itu, negosiasi untuk tahap kedua gencatan senjata masih menemui jalan buntu.
![Hari Ini FIFA Bakal Kartu Merah Israel? Jibril: Jika Tidak Sekarang, Kapan Lagi [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/10/03/33727-kartu-merah-israel.jpg)
Hamas menuntut penghentian perang secara permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Namun, Israel hanya menawarkan perpanjangan gencatan senjata sementara dan menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera yang tersisa.
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa para mediator telah meningkatkan upaya diplomatik untuk menengahi konflik, tetapi hingga saat ini belum ada terobosan yang signifikan.
Perang ini bermula pada Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak ke komunitas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya.
Sejak saat itu, Israel melakukan serangan balasan yang menyebabkan lebih dari 49.000 warga Palestina tewas, menurut otoritas kesehatan Gaza.