Klaim Pakai Teknologi Eropa, Pramono Beberkan Alasan Bau Busuk Keluar dari RDF Rorotan

Kamis, 20 Maret 2025 | 13:46 WIB
Klaim Pakai Teknologi Eropa, Pramono Beberkan Alasan Bau Busuk Keluar dari RDF Rorotan
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat memberikan keterangan. [ANTARA/Lifia Mawaddah Putri]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mengaku sudah mengetahui alasan bau menyengat keluar dari fasilitas pengolahan sampah berteknologi Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan yang dikeluhkan warga. Hal ini ia ketahui usai mengunjungi RDF Rorotan pada Kamis (20/3/2025).

Pramono mengatakan, RDF sudah menggunakan teknologi canggih dari Eropa. Seharusnya, persoalan bau yang menyeruak hingga ke permukiman warga sudah bisa diatasi.

"Kalau teknologi dari Eropa seharusnya dampak-dampak yang menjadi kekhawatiran warga itu tidak terjadi," ujar Pramono di RDF Rorotan, Kamis (20/3/2025).

Meski demikian, Pramono menyebut bau tetap menyengat karena sampah yang ada di bunker RDF saat ini sudah tergolong lama hingga satu bulan. Padahal, seharusnya sampah yang diolah RDF berusia maksimal tiga hari.

"Secara teknis sampah yang digunakan itu harusnya sampah tiga hari paling lama sehingga sampah fresh. Ini sampahnya sudah ada yang lebih dari sebulan dan sebagainya," ucap Pramono. 

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. (Suara.com/Fakhri)
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. (Suara.com/Fakhri)

"Sehingga inilah yang kemudian menimbulkan bakteri, bau, cerobong asap hitam, dan sebagainya," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia meminta agar dipasang sejumlah alat yang bisa mencegah bau menyengat seperti deodorizer hingga back filter. 

"Saya minta Kepala Dinas (LH) untuk dilaporkan dalam rapat dan nanti saya akan putuskan untuk koreksi terhadap itu," jelasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI, Asep Kuswantl menjelaskan pada saat masa uji coba ini, pihaknya telah mengirim 2.500 ton sampah sesuai kapasitas maksimal untuk diolah RDF Rorotan. Namun, hingga saat ini masih ada sekitar 700 sampai 800 ton yang tersimpan di bunker RDF Rorotan.

Baca Juga: TNI Balik Era Orba Bisa Main 2 Kaki di Jabatan Sipil, Imparsial Sebut Zaman Berbahaya Terulang Lagi

Akibatnya, sampah yang belum diolah ini semakin membusuk dan mengeluarkan bau menyengat.

"Jadi waktu kami kirimkan sampah sampai di bunker 2.500 ton, itu karena memang diharapkan bisa mengolah sampah hingga 2.500 ton," jelas Sarjoko.

Karena itu, ia mengaku akan mengosongkan bunker sampah RDF Rorotan sampai seluruh peralatan penghilang bau lengkap agar tak ada lagi keluhan warga untuk saat ini.

"Akhirnya tinggal sisa sekitar 700-800 ton dan itu akan kami keluarkan," pungkasnya.

Dikettahui, bau busuk yang keluar dari proses pemusnahan sampah di Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara menuai protes dari warga yang bermukim di perumahan Jakarta Garden City (JGC). 

Wahyu Andre Maryono, pengurus RT 18 mengaku jika warga di 18 RT sudah resah dengan bau busuk yang menyengat dari RDF Rotoan. 

"Kami terdiri atas 18 RT dan ada 20 klaster atau sekitar 25.000 kartu keluarga (KK) sangat terdampak bau busuk dari proses yang ada di bangunan tersebut," kata ujarnya dikutip dari Antara

Ia mengatakan dari 20 klaster, ada 9 klaster yang paling terdampak dari bau busuk mulai dari kluster Shinano, Mahakam, Savoy, La Seine, Yarra, South Thames, North Thames, South Mississippi, dan North Mississippi.

"Kalau sisanya kadang cium, kadang enggak, tergantung arah mata angin," kata dia

Selain mencium bau busuk sampah, warga di sembilan klaster itu kerap melihat asap hitam pekat dari RDF Rorotan dan sering menemukan serpihan kertas hasil pembakaran di RDF Rorotan.

"Jarak Perumahan JGC ke RDF Rorotan hanya sekitar 800 meter, bukan hanya JGC, perkampungan di belakang perumahan juga terdampak," kata dia.

Kemudian, di wilayah Rorotan juga banyak warga yang mengeluhkan bau tak sedap dari RDF Rorotan.

Selain itu, dirinya juga mendapatkan surat dari anak bernama Kefas (5) yang memprotes bau sampah dari Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara,

Surat itu, ia tulis menggunakan pensil di secarik kertas buku tulis yang  berisikan keluhan terhadap aroma sampah yang menyengat hingga masuk ke dalam rumahnya. Kondisi ini membuat Kefas menjadi tidak doyan makan.

"Bapak, hari ini bau sampah sampai Kefas enggak doyan makan," kata yang tertulis di surat tersebut.

Kemudian, ia juga meminta agar tempat sampah RDF Rorotan tak berada di dekat rumahnya lagi.

"Tempat sampah jangan di situ, buang jauh-jauh. Terima kasih, dari Kefas," sambung surat itu.

Surat itu difoto oleh orang tua Kefas dan dikirim ke Wahyu sebagai ketua RT setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI