Suara.com - Israel pada Rabu (19/3) mengungkapkan "dukacita" atas tewasnya seorang staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkewarganegaraan Bulgaria dalam serangan terhadap wisma PBB di Deir al-Balah, Gaza, namun menyatakan bahwa investigasi awal tidak menemukan keterkaitan antara Israel dan insiden tersebut.
PBB melaporkan bahwa staf yang bekerja di Kantor PBB untuk Pelayanan Proyek (UN Office for Project Services/UNOPS) tersebut tewas akibat serangan terhadap dua fasilitas PBB. Lima personel lainnya mengalami cedera serius.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Oren Marmorstein, menyatakan bahwa investigasi awal "tidak menemukan hubungan" antara operasi militer Israel dan serangan tersebut.
![Ilustrasi tentara Israel. [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/04/06/37211-ilustrasi-tentara-israel-shutterstock.jpg)
"Kondisi insiden sedang dalam penyelidikan," tuturnya, sambil menambahkan bahwa Israel telah membantu evakuasi jenazah korban dan mereka yang terluka dari lokasi kejadian.
Korban yang terluka akan mendapatkan perawatan di rumah sakit di Israel, katanya dalam unggahan di platform media sosial X.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengutuk serangan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Semua lokasi bangunan PBB telah diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, yang memiliki kewajiban untuk melindungi tempat-tempat tersebut," ungkap seorang juru bicara PBB dalam pernyataan resmi.
![Arsip - Sekjen PBB Antonio Guterres memberi keterangan pers setelah rapat Dewan Keamanan PBB untuk membahas krisis Ukraina-Rusia, di New York City, Amerika Serikat (23/2/2022). [ANTARA/Reuters/Carlo Allegri/foc]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/03/10/39962-arsip-sekjen-pbb-antonio-guterres.jpg)
Guterres juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan menambahkan bahwa kematian ini menjadikan jumlah staf PBB yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023 menjadi setidaknya 280 orang.
"Kedudukan bangunan itu sudah sangat dikenal oleh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) dan mereka 'tidak terlibat dalam konflik'," kata kepala UNOPS, Jorge Moreira da Silva. Ia menekankan bahwa sudah jelas ada personel PBB di lokasi saat itu.
Baca Juga: Amarah Warga Israel: Serangan Gaza Dianggap Pengorbanan Sandera Demi Kekuasaan Netanyahu?
"Ini bukan kecelakaan, ini sebuah insiden," katanya kepada para wartawan, dengan menambahkan bahwa informasi lebih lanjut sedang diperoleh.
Sebelumnya pada hari yang sama, militer Israel membantah telah menargetkan kompleks tersebut. "Bertentangan dengan laporan yang ada, IDF tidak menargetkan fasilitas PBB di Deir al-Balah," ucapnya dalam pernyataan.
Insiden ini terjadi saat Israel melanjutkan operasi militer di Gaza, yang menurut pejabat bertujuan untuk menargetkan militan Hamas.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 400 warga Palestina tewas sejak Selasa (18/3), termasuk sedikitnya 170 anak-anak dan 80 wanita, setelah Israel melanjutkan serangan setelah periode gencatan senjata yang berlangsung beberapa minggu sejak 19 Januari.
Militer Israel menyatakan bahwa operasi tersebut bertujuan untuk "mengeliminasi ancaman Hamas" dan akan terus berlanjut "hingga target-target strategis tercapai."
PBB Berduka

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan bahwa ia merasa "sangat sedih dan terkejut" atas kematian seorang staf PBB akibat pengeboman Israel di Jalur Gaza. Ia mengutuk semua serangan terhadap personel PBB dan meminta dilakukannya investigasi menyeluruh.
Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Sekjen PBB pada hari Rabu (19/3).
Seorang anggota Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS) meninggal dunia dan lima lainnya mengalami luka parah setelah dua wisma tamu PBB di Deir al Balah, Gaza tengah, terkena serangan, sesuai dengan konfirmasi dari PBB dan otoritas kesehatan di Gaza. Namun, militer Israel membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Wakil Juru Bicara Sekjen PBB, Farhan Haq, menjelaskan bahwa lokasi semua bangunan PBB telah diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini, yang wajib untuk melindungi tempat-tempat tersebut sesuai hukum internasional.
Guterres menegaskan penolakannya terhadap segala serangan terhadap personel PBB dan menuntut agar dilakukan investigasi menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya menghormati gencatan senjata guna mengurangi penderitaan warga sipil.
"Bantuan kemanusiaan harus dapat diakses oleh semua yang memerlukannya. Para sandera harus segera dibebaskan tanpa syarat," sambung jubir tersebut.