Amarah Warga Israel: Serangan Gaza Dianggap Pengorbanan Sandera Demi Kekuasaan Netanyahu?

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Kamis, 20 Maret 2025 | 06:21 WIB
Amarah Warga Israel: Serangan Gaza Dianggap Pengorbanan Sandera Demi Kekuasaan Netanyahu?
Warga Israel berujuk rasa (Foto: X@yunus_arslan_ya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kemarahan meningkat setelah militer Israel membombardir Gaza pada Selasa malam, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, banyak dari mereka adalah anak-anak. Ini adalah salah satu serangan paling mematikan sejak rezim tersebut melancarkan perang genosida di Gaza pada Oktober 2023.

Netanyahu menggambarkan serangan itu sebagai "baru permulaan," mengulangi niatnya untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan tahanan Israel yang tersisa.

Namun, banyak orang Israel percaya perang Netanyahu ditujukan untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah persidangan korupsinya yang sedang berlangsung.

"Netanyahu ingin lolos dari keadilan. Inilah satu-satunya alasan kita menghadapi kudeta rezim dan perang berdarah ini. Ini adalah campuran yang berbahaya," kata Elias Shraga, seorang aktivis, saat unjuk rasa di luar Knesset.

Militan Hamas Palestina bersiaga saat Hamas menyerahkan jenazah sandera kepada Palang Merah, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan dengan Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 20 Februari 2025. (Reuters)
Militan Hamas Palestina bersiaga saat Hamas menyerahkan jenazah sandera kepada Palang Merah, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan dengan Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 20 Februari 2025. (Reuters)

Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengutuk agresi yang kembali terjadi, menuduh Netanyahu dan kabinet ekstremisnya menempatkan tahanan Israel pada bahaya besar. Kelompok tersebut sebelumnya melaporkan bahwa sejumlah tahanan telah tewas akibat pemboman Israel yang membabi buta.

Gelombang serangan udara baru tersebut menandai eskalasi besar pertama sejak gencatan senjata dengan Hamas berlaku pada tanggal 19 Januari. Menurut kementerian kesehatan Gaza, lebih dari 400 orang telah tewas dalam serangan tersebut.

Hamas menyandera 250 orang, termasuk para pemukim dan personel militer, selama serangan balasan mendadak pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 130 tahanan telah dibebaskan dalam serangkaian pertukaran tawanan berdasarkan perjanjian gencatan senjata. Namun, menurut pejabat Israel, kurang dari setengah dari 59 tahanan yang tersisa diyakini masih hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI