Menurut sumber kesehatan setempat, data awal menunjukkan bahwa sebagian besar korban berasal dari bagian selatan Gaza, dengan 60 orang di antaranya.
Koresponden WAFA melaporkan bahwa setidaknya lima orang, termasuk dua anak, tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan pasukan Israel di tenda-tenda di wilayah Mawasi Khan Younis. Mereka yang terluka langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Lapangan Kuwait yang berdekatan.
Selain itu, lebih dari 15 orang, termasuk lima anak-anak, dipastikan tewas dan lebih dari 20 lainnya terluka akibat serangan udara di Gaza City, dan para korban segera dibawa ke rumah sakit setempat.
Puluhan korban luka juga dilaporkan telah dibawa ke Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat, Gaza Tengah, setelah serangan udara menghantam kamp pengungsi di Nuseirat dan Al-Bureij. Pejabat kesehatan di Rumah Sakit Al-Awda melaporkan setidaknya 14 orang tewas, termasuk anak-anak, akibat serangan di dua kamp pengungsi di Gaza selatan, dan 70 orang lainnya terluka, banyak di antaranya dalam kondisi parah akibat pengeboman rumah-rumah warga sipil.
Di Gaza utara, delapan orang, termasuk enam anak, dilaporkan tewas dalam pengeboman Israel di kamp pengungsi Jabalia, dan beberapa orang terluka akibat serangan yang ditujukan pada area pemukiman.

Sumber lain menginformasikan bahwa terdapat juga korban luka akibat serangan Israel terhadap dua rumah di wilayah Abasan Al-Kabira, timur Khan Younis, serta terhadap tenda-tenda di wilayah Muwasi.
Korban jiwa juga dilaporkan jatuh dalam serangan udara Israel di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di kawasan Al-Daraj, Gaza City, seiring dengan hancurnya tiga rumah di Tal Al-Hawa dan beberapa rumah lainnya di kamp pengungsi Al-Bureij dan Nuseirat.
Tim penyelamat menghadapi kesulitan dalam menjangkau daerah terdampak karena serangan udara yang terus berlangsung.
Gelombang kekerasan ini menandai kembalinya genosida Israel di Gaza setelah dua bulan jeda berkat kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga: Indonesia Kecam Keras Serangan Israel ke Gaza yang Tewaskan Ratusan Warga Sipil
Eskalasi ini terjadi di tengah kekhawatiran akan memburuknya krisis kemanusiaan di wilayah Palestina yang padat penduduk, yang semakin diperburuk oleh blokade Israel yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan penting, ke Gaza.