Alex Indra Lukman menegaskan bahwa yang menjadi perhatian bukan sekadar perbedaan pendapat, melainkan bagaimana masyarakat melihat kerja sama antarmenteri dalam menangani permasalahan pangan.
“Ketidaksepakatan ini mencerminkan ego sektoral yang tinggi. Jika dalam satu isu saja tidak ada kesepakatan, bagaimana bisa menyukseskan program swasembada pangan sesuai visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto?” tegas Alex.
Ketua PDIP Sumbar itu mengatakan, jika program swasembada pangan berhasil, kemungkinan akan terjadi klaim sepihak mengenai siapa yang paling berjasa.
Sebaliknya, jika gagal, masing-masing pihak akan mencari cara menyelamatkan diri sendiri, sebagaimana terlihat dalam kasus beras berkutu ini.
Kenapa Beras Bisa Berkutu?
Kutu beras adalah serangga kecil berwarna hitam atau cokelat dengan panjang sekitar 8-10 milimeter. Serangga ini mampu merayap di berbagai permukaan dan bahkan menembus kemasan plastik maupun karton.
Mengutip dari berbagai sumber, beras berkutu biasanya disebabkan karena terlalu lama disimpan. Lantas, dari mana asal usul kutu beras?
Menurut ahli entomologi dari Ehrlich Pest Control, kutu beras tidak hanya menyerang beras, tetapi juga dapat ditemukan pada gandum, jelai, sereal, pasta, hingga kacang-kacangan.
![Beras berkutu ditemukan di gudang bulog Yogyakarta. [Dok. Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/17/51158-beras-berkutu.jpg)
Kutu beras dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan dan mampu menyebar jauh dari tempat asalnya. Mereka memiliki mulut pengunyah yang dapat menembus kemasan dan memperluas infestasi ke berbagai produk makanan.
Kutu beras bahkan dapat menyerang furnitur, pakaian, dan barang dekoratif lainnya. Atas dasar itu, penting untuk melakukan pembersihan total terhadap bahan makanan yang terkontaminasi serta menyedot debu di area penyimpanan untuk mencegah penyebaran.