Tidak ada serangan Houthi yang dilaporkan sejak saat itu.
Kelompok Houthi pada hari Minggu mengklaim telah menargetkan kelompok penyerang kapal induk USS Harry S. Truman dengan rudal dan pesawat nirawak.
Peneliti politik dan akademisi Fares al-Beel mengatakan serangan tersebut menandai perubahan strategi Amerika terhadap kelompok bersenjata, khususnya yang bersekutu dengan Iran.
Ia mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa pemerintah AS mungkin akan mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap kelompok Houthi.
"Serangan tersebut merupakan awal dari penargetan tidak langsung terhadap Iran dan upaya untuk melucuti rezim Iran dari proksi yang tersisa di kawasan tersebut," tambahnya.

Namun, para pengamat mempertanyakan efektivitas serangan tersebut jika tidak disertai dengan operasi darat.
Analis politik Yaman Mohammed al-Saer mengatakan serangan Amerika tidak mungkin menghentikan serangan Houthi, dengan mengatakan bahwa pemerintahan Biden dan Inggris telah melakukan serangan serupa, tetapi milisi tetap tidak gentar dalam menargetkan pengiriman Laut Merah.
Ia memperingatkan bahwa serangan dan sanksi baru-baru ini yang dijatuhkan oleh Washington terhadap pelabuhan Hodeidah dan bank-bank yang dikuasai oleh Houthi hanya akan memicu kembali konflik di Yaman. Ia mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa Houthi masih mempertahankan posisi mereka di Marib dan pantai barat.
Houthi tidak akan mundur, tambahnya, terutama karena pasukan yang sah masih belum bersatu, dan ada kemungkinan untuk mereka bersatu.
Baca Juga: Pemimpin Parpol di Greenland Bersatu Lawan Trump, Komitmen Kedaulatan Ditegaskan