Survei Isu Prioritas Masyarakat: Ekonomi Jadi Sorotan Utama Jelang Lebaran

Chandra Iswinarno Suara.Com
Sabtu, 15 Maret 2025 | 13:24 WIB
Survei Isu Prioritas Masyarakat: Ekonomi Jadi Sorotan Utama Jelang Lebaran
Ilustrasi Gas. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil survei yang dilakukan Kawula17 terkait isu prioritas masyarakat mengungkapkan bahwa persoalan ekonomi menjadi perhatian utama Masyarakat Indonesia pada kuartal pertama 2025.

Periset Kawula17, Rafli Rikin mengungkapkan bahwa ekonomi menjadi isu utama yang paling penting menurut Masyarakat Indonesia hingga mencapai 60 persen.

"Data menunjukkan bahwa isu ekonomi menjadi topik yang paling penting sejauh ini, dengan persentase mencapai 60 persen," ujar Rafli dalam Diseminasi National Kawula17 Survey Q1 2025, Jumat (14/3/2025).

Ia menambahkan, angka tersebut mengalami kenaikan signifikan hingga 24 persen dibanding kuartal sebelumnya pada tahun lalu.

Menurut Rafli, lonjakan perhatian terhadap isu ekonomi ini didorong oleh berbagai faktor, seperti kelangkaan gas LPG, rencana pemerintah menaikkan tarif PPN menjadi 12 persen, serta kebutuhan masyarakat menjelang bulan Ramadan.

Sementara, isu ekonomi paling banyak disorot oleh kelompok usia 35-44 tahun dengan persentase mencapai 74 persen.

Sedangkan, isu kesehatan lebih banyak mendapat perhatian dari masyarakat di wilayah pedesaan, yakni 42 persen.

Pendidikan dan Korupsi

Selain ekonomi dan kesehatan, masyarakat juga menyoroti isu pendidikan sebesar 33 persen dan korupsi 31 persen sebagai empat isu utama yang dianggap penting saat ini.

Baca Juga: Ingatkan ASN Tak Beli Gas LPG 3 Kilogram, DPRD DKI: Bukan Sasaran Subsidi

Meski isu korupsi dan hak asasi manusia (HAM) mulai mendapat perhatian lebih besar, dua isu lainnya yang menjadi fokus Kawula17, yakni kesetaraan gender dan lingkungan, masih cenderung kurang diperhatikan.

Periset Kawula17, Rafli Rikin (kanan). [Tangkapan layar]
Periset Kawula17, Rafli Rikin (kanan). [Tangkapan layar]

"Sayang sekali, satu dari tiga orang tidak dapat mengaitkan kata ‘gender’ dengan apapun," ujar Rafli.

Ia menilai hal ini disebabkan oleh minimnya diskusi dan edukasi mengenai isu gender di tengah masyarakat.

Meski begitu, mayoritas masyarakat yang memahami konsep gender masih mengaitkannya dengan konsep dasar seperti jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal serupa juga terjadi pada isu HAM.

"Sebanyak 31 persen masyarakat tidak dapat mengasosiasikan kata 'HAM' dengan apapun, namun, dari mereka yang memahami konsep ini, sebagian besar mengaitkannya dengan keadilan, kebebasan, dan kesetaraan," katanya.

Sementara itu, pada isu korupsi, masyarakat menunjukkan pemahaman yang lebih kuat.

"Sebanyak 17 persen masyarakat mengasosiasikan korupsi dengan hukuman mati," ujar Rafli.

Menurutnya, temuan ini mencerminkan adanya dorongan kuat dari masyarakat untuk hukuman yang lebih berat terhadap koruptor. Tetapi di sisi lain pemahaman masyarakat soal hak untuk hidup masih relatif rendah.

"Sebanyak 34 persen masyarakat mengaitkan korupsi dengan hal-hal yang tidak termasuk dalam kategori utama yang ditampilkan," jelas Rafli.

Hal ini menandakan pemahaman yang beragam terkait isu korupsi di masyarakat.

Dalam isu lingkungan, banjir dan kekeringan sebesar 58 persen serta pengelolaan sampah sebesar 57 persen menjadi dua masalah yang dianggap paling mendesak untuk segera ditangani pemerintah.

"Permasalahan ini juga menjadi perhatian utama pada kuartal ketiga 2024," ujar Rafli.

Untuk diketahui, Kawula17 melakukan survei tersebut secara daring pada periode 6-14 Februari 2025 dengan melibatkan 383 responden berusia 17-44 tahun.

Reporter : Kayla Nathaniel Bilbina

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI