Riwayat Sangkan Paraning Dumadi, Konsep yang Melatarbelakangi Terwujudnya Sumbu Filosofi

Galih Priatmojo Suara.Com
Sabtu, 15 Maret 2025 | 12:42 WIB
Riwayat Sangkan Paraning Dumadi, Konsep yang Melatarbelakangi Terwujudnya Sumbu Filosofi
sumbu filosofi yang terdapat di diorama tugu pal Jogja hilang, Rabu (25/3/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada pertengahan akhir 2023 lalu masyarakat Yogyakarta mendapat kabar gembira dari Riyadh Arab Saudi, dimana Sumbu Filosofi sebuah garis imajiner yang merentang dari Merapi hingga Samudera Selatan diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

Sumbu yang memiliki makna sebagai perjalanan hidup hingga mangkat tersebut merupakan representasi dari konsep Sangkan Paraning Dumadi.

Lalu apa itu Sangkan Paraning Dumadi?

Konsep Sankan Paraning Dumadi dalam sejarahnya telah ada jauh sebelum dipopulerkan kembali oleh Sunan Kalijaga ketika masa penyebaran agama Islam di tanah Jawa tepatnya ketika berdirinya Kerajaan Demak.

Makna

Sangkan Paraning Dumadi merupakan salah satu konsep yang lahir dari kebudayaan Jawa tentang hidup untuk mencapai kesempurnaan.

Sangkan Paraning Dumadi berdasar maknanya yakni asal dan tujuan hidup manusia. Dimana manusia itu harus mengetahui dari mana asal segala sesuatu yang hidup dan harus kemana tujuan segala sesuatu yang hidup itu.

Penataan Kawasan Malioboro sesuai fasadnya dengan cat putih dari sisi utara, Kamis (17/02/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]
Kawasan Malioboro merupakan bagian dari Sumbu Filosofi yang mengadopsi konsep Sangkan Paran Dumadi

Franz Magnis-Suseno menyebut konsep Sangkan Paraning Dumadi sebagai inti kebijaksanaan mistik Jawa. Dalam pengertiannya manusia harus sampai pada sumber hidupnya yakni Tuhan bila ia ingin mencapai kesempurnaan.

Tercatat dalam Berbagai Serat

Baca Juga: Dompet Aman, Perut Kenyang: 7 Rekomendasi Bukber Hemat di Jogja

Dikutip dari I Kuntara Wiryamartana berjudul Arjuna Wiwaha: Transformasi Teks Jawa Kunu Lewat Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa (1990), konsep ini pertama kali muncul pada pupuh X dalam kakawin Arjuna Wiwaha yang ditulis Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Raja Erlangga (1019-1042).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI