Suara.com - Amerika Serikat dan Israel dilaporkan telah menghubungi pejabat dari tiga negara Afrika Timur untuk membahas kemungkinan penggunaan wilayah mereka sebagai tempat penampungan bagi warga Palestina dari Gaza.
pejabat AS dan Israel menyebut bahwa pejabat dari Sudan, Somalia, dan Somaliland dihubungi terkait proposal tersebut, pada Jumat (14/3).
Namun, Sudan secara tegas menolak usulan tersebut. Sementara itu, pejabat dari Somalia dan Somaliland menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya komunikasi mengenai rencana tersebut.
Reaksi Terhadap Rencana Trump untuk Gaza
Di tengah upaya AS dan Israel untuk mencari solusi pengungsian bagi warga Palestina, komunitas internasional masih menyoroti rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan oleh Mesir dengan nilai $53 miliar.
Rencana ini bertujuan membangun kembali wilayah Gaza tanpa mengusir warganya, berbeda dengan visi Presiden AS Donald Trump yang menyarankan pengambilalihan Gaza untuk dijadikan “Riviera Timur Tengah.”
Trump sebelumnya mengusulkan agar warga Palestina secara permanen diungsikan dari Gaza, yang memicu ketakutan lama tentang pengusiran paksa dari tanah mereka. Rencana tersebut telah mendapat penolakan luas dari komunitas internasional.
Ketegangan di Gaza dan Gencatan Senjata yang Rawan
Sementara itu, konflik di Gaza masih terus berlanjut. Hamas menuduh Israel berusaha melanggar ketentuan gencatan senjata dengan tetap menempatkan pasukan di Koridor Philadelphia, sebuah jalur strategis di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Menurut juru bicara Hamas, Hazem Qassem, pasukan Israel seharusnya menarik diri dari wilayah tersebut berdasarkan kesepakatan fase pertama gencatan senjata yang dimulai pada 18 Januari.
Perundingan yang dimediasi Qatar dan AS di Doha terus berlangsung guna membahas tahap selanjutnya dari gencatan senjata.
Baca Juga: Rupiah Jeblok Tembus Rp16.300, Sri Mulyani Ungkap Biang Keroknya

Qassem menegaskan bahwa Hamas akan tetap berpegang pada kesepakatan yang telah dibuat, tetapi Israel juga harus memenuhi kewajibannya, termasuk menarik pasukan dari seluruh Jalur Gaza dan dari Koridor Philadelphia.
Israel dituduh belum melaksanakan protokol kemanusiaan yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.
Bantuan kemanusiaan ke Gaza telah dihentikan sejak 2 Maret, dengan Israel menuntut pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas sejak serangan pada 7 Oktober 2023.
Perundingan dan Nasib Sandera
Tahap pertama gencatan senjata berakhir pada 1 Maret tanpa kesepakatan mengenai tahap-tahap berikutnya.
Negosiator Israel telah pergi ke Doha minggu ini untuk melanjutkan pembicaraan, sementara laporan media Israel menyebutkan bahwa Israel menawarkan perpanjangan gencatan senjata selama 50 hari dengan syarat Hamas menyerahkan sejumlah sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “berita palsu.” Hingga saat ini, konflik di Gaza masih belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian yang konkret, dengan perundingan yang terus berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan di lapangan.