Doa Setelah Salat Tarawih dan Salat Witir Berdasarkan Sunnah Nabi

Muhammad Yunus Suara.Com
Kamis, 13 Maret 2025 | 14:59 WIB
Doa Setelah Salat Tarawih dan Salat Witir Berdasarkan Sunnah Nabi
Ilustrasi ChatGPT umat Muslim di dalam masjid dengan suasana yang tenang dan penuh spiritualitas [Suara.com/Muhammad Yunus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salat Tarawih adalah salat sunnah yang dikerjakan pada malam bulan Ramadan setelah salat Isya.

Salat ini termasuk qiyam Ramadan (salat malam di bulan Ramadan) dan biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid, tetapi juga boleh dikerjakan sendiri di rumah.

Jumlah rakaat salat Tarawih bervariasi, ada yang melaksanakannya 8 rakaat, ada juga yang 20 rakaat, ditutup dengan salat Witir 3 rakaat.

Salat ini menjadi ibadah yang dianjurkan karena Rasulullah SAW melaksanakannya dan menganjurkan umat Islam untuk menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah.

Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, salat Tarawih juga menjadi momen kebersamaan bagi umat Islam, baik di lingkungan keluarga maupun komunitas masjid.

Salat Witir

Salat Witir adalah salat sunnah yang dilakukan dalam jumlah rakaat ganjil, biasanya sebagai penutup salat malam.

Salat ini dianjurkan untuk dikerjakan setelah salat Tarawih di bulan Ramadan atau setelah salat Tahajud di luar Ramadan.

Jumlah rakaat salat Witir bisa bervariasi, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, atau 11 rakaat.

Baca Juga: Mengirim Doa di Hari Raya, Ucapan Idul Fitri untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal

Namun, yang paling umum adalah 3 rakaat, yang bisa dilakukan dengan dua cara:

1. Dua rakaat salam, lalu satu rakaat salam.
2. Tiga rakaat sekaligus dengan satu salam.

Dalam salat Witir, sering dianjurkan membaca doa Qunut pada rakaat terakhir, terutama di 10 malam terakhir Ramadan.

Salat ini disebut witir karena dalam bahasa Arab, witir berarti ganjil, sesuai dengan jumlah rakaatnya yang selalu ganjil.

Salat Witir memiliki keutamaan besar, seperti sabda Rasulullah SAW:

"Sesungguhnya Allah itu witir (Maha Esa) dan mencintai yang witir, maka laksanakanlah salat Witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Oleh karena itu, salat Witir menjadi amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk mengakhiri ibadah malam sebelum tidur.

Doa Setelah Witir

Salat witir menjadi bagian penting dalam ibadah malam seorang Muslim, terutama di bulan Ramadan.

Mengutip muhammadiyah.or.id, dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tentang Salat Tathawwu’ dijelaskan bahwa setelah selesai salat witir, dianjurkan untuk membaca dzikir dengan suara nyaring sebagai berikut:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

“Maha suci Allah yang Maha Merajai dan yang Maha Bersih” (dibaca tiga kali)

رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ


“Yang menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril” (dibaca satu kali)

Tuntunan ini didasarkan pada beberapa riwayat hadis, di antaranya:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَإِذَا سَلَّمَ قَالَ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. [رواه النسائى]

“Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab Adalah Rasulullah saw ketika salat witir membaca surat“Sabbihisma rabbikal a’la” (al-A’la), dan surat “Qul ya ayyuhal kafirun” (al-Kafirun) dan surat “Qul huwallahu ahad” (al-Ikhlas). Kemudian apabila telah selesai mengucapkan salam, beliau membaca“Subhanal malikil quddus” tiga kali.” [H.R. an-Nasa’i].

عَنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ كَانَ يُوتِرُ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، وَيَقُولُ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ. [رواه النسائى]

“Diriwayatkan dari Abdirrahman bin Abzari dari Nabi saw, sesungguhnya beliau melakukan salat witir dengan membaca surat “Sabbihisma rabbikal a’la” (al-A’la), dan surat “Qul ya ayyuhal kafirun” (al-Kafirun) dan surat “Qul huwallahu ahad” (al-Ikhlas). Apabila telah selesai salam, Beliau membaca “Subhanal malikil quddus” tiga kali dengan meninggikan suaranya. [H.R. an-Nasa’i].

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI