Suara.com - Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar mengatakan persoalan penambahan kuota haji untuk Indonesia adalah perkara yang mudah. Namun ia mengaku Indonesia juga harus bersiap menghadapi segala kemungkinan.
"Kita akan mempersiapkan dulu segala sesuatunya, gampang meminta kuota tambahan, tetapi siap enggak kita, ada enggak tempat?" kata Nasaruddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Menurutnya, setiap kavling jemaah Indonesia yang berada di Mina Arab Saudi sudah terukur semua disesuaikan jumlah kuota yang ada saat ini.
"Kavling-kavling itu kan sudah terdata semuanya kan, bahkan per senti pun juga sudah diukur di Mina itu, kalau tiba-tiba kita tambah sekian puluh ribu misalnya, mau tidur di mana? Nah itu harus dihitung, jadi bukan sekadar untuk menambah kuota," ujarnya.
Menurutnya, kendaraan hingga ketering juga perlu jadi perhatian.
"Jangan-jangan nanti itu nyerbu kemahnya orang, nyerbu makanannya orang, nyerbu toiletnya orang, nyerbu busnya orang, mau diusir oleh Indonesia juga kan," katanya.
![Jemaah haji melakukan tawaf. [MCH 2024/Chandra Iswinarno]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/06/29/42926-jemaah-haji-melakukan-tawaf.jpg)
Sebenarnya, kata dia, ada peluang Indonesia menambah kuota haji. Hal itu dengan memanfaatkan kuota negara lain yang tak terpakai.
"Banyak orang yang tidak menuhi kuotanya ya, misalnya negara-negara lain, biasakan ada yang banyak sekali yang tidak menuhi kuota itu, ada tawaran, mau enggak nambah," katanya.
Kendati begitu, kata dia itu semua ada konsekuensi yang harus diterima. Jemaah yang dapat kuota dari negara lain juga berpotensi berada di kavling negara tersebut dan lokasinya jadi terpecah.
Baca Juga: Menag Ungkap Alasan 1 Ramadan Indonesia Lebih Dulu dari Singapura dan Brunei
"Misalnya Bangladesh, kuotanya enggak terpakai semuanya, otomatis kita harus ke tempatnya Bangladesh, dapurnya Bangladesh, makanannya apa, kemahnya apa, dan seterusnya, dan itu terpecah-pecah nanti konsentrasi jamaah kita ya, jadi kita akan melihat apa maslahatnya, apa mudaratnya, kalau lebih banyak maslahatnya, mungkin kita pertimbangkan, tapi kalau mudaratnya lebih besar, lebih baik kita memelihara apa yang ada," pungkasnya.