Persekutuan Berdarah: Sultan Kutai dan Raja Wajo Bersatu Lawan VOC, Apa yang Terjadi di Selat Makassar?

Muhammad Yunus Suara.Com
Rabu, 12 Maret 2025 | 13:58 WIB
Persekutuan Berdarah: Sultan Kutai dan Raja Wajo Bersatu Lawan VOC, Apa yang Terjadi di Selat Makassar?
Makam Sultan Aji Muhammad Idris yang dijadikan cagar budaya di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan [Suara.com/ANTARA/HO-Disdikbud Kukar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bahkan, ada rumor bahwa saudaranya sendiri, Aji Kidok, yang mendalangi jebakan tersebut.

Namun, Aji Bambang Imbran, kerabat Kesultanan Kutai dan pemerhati sejarah Kutai, menolak anggapan bahwa Aji Kidok adalah dalang dari kematian Sultan Idris.

Ia menegaskan bahwa Aji Kidok justru bertugas sebagai pemangku sultan saat Aji Imbut, putra Sultan Idris, masih belum cukup dewasa untuk memerintah.

Perjuangan Mengakui Sultan Idris sebagai Pahlawan Nasional

Meski Sultan Aji Muhammad Idris gugur dalam pertempuran, perjuangannya tidak dilupakan begitu saja.

Sejak tahun 1999, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai mewacanakan pengajuan gelar kepahlawanan untuknya.

Dorongan ini semakin kuat setelah Sultan Wajo, La Maddukelleng, yang merupakan sekutunya, diakui sebagai Pahlawan Nasional.

Setelah melewati proses panjang dan penelitian yang mendalam, akhirnya pada 10 November 2021, Presiden RI Joko Widodo secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Aji Muhammad Idris.

Pengakuan ini menjadi bukti bahwa perjuangannya dalam melawan penjajah tidak sia-sia dan tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah besar Nusantara.

Baca Juga: Belajar dari Skandal Minyakita, Bagaimana Hukum Mengurangi Takaran Dalam Islam?

Dari Kutai hingga Wajo, nama Sultan Aji Muhammad Idris kini dikenang sebagai pejuang yang tidak hanya mempertahankan kehormatan kerajaannya, tetapi juga ikut serta dalam perlawanan besar melawan VOC.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI